In every travel that running through I used to take pictures and learning something through eyes.
Paddy field
This is also happen when I travel to West Java couple months ago. As a researcher and humanitarian worker I sometimes wonder and have a lots of question, some I received and answers but most still mystery and I need to learn more.
Fertile land in West Java
How could in fertile land like this poverty increased? How possible farming as economical based for this area could not increased live quality?
This time I take pictures of farmers along my trip from Sukabumi and Kuningan and wonder how could they living in ancient time with no progress and no support.
Related to poverty terminology, that most of farmers in this area categorized as poor group with income less than 2 USD per day. Related to quality of live I could see that most of them living with limited facility and access to clean water and facilities both in health and education.
I wonder how to expedite poverty reduction in rural area where all resources available. I am wonder that who will take a lead and develop suitable formula to solve the problem.
fish from wood-handy craft“Tape” or fermented cassava as alternative livelihooda lamp- handy craft from Sukabumi
Some of alternative livelihood in handcrafting and other industry could not be able to increased their income. Lack of access to market and no support from government are reason behind this.
Hope that sometimes this could be solve, even community could dig a mountain as marble miners, why there no one help to support them and make community at rural area out from poverty.
Marble hill
Let’s think about that and there will be light somewhere.
Traveling with a small plane was thrilling as well as fun. Like when flight to Sarmi with a small plane. The town is taken 50 minutes by plane is located in the western city of Jayapura.
From the seats we could see clearly the aircraft cockpit.
GPS in the plane showing the location of the flight from Jayapura to Sarmi.
At take off time, we can see the reflected image plane on the mainland.
shadow of my plane
Sentani airport famous wit stunning view of Sentani lake at landing and take off time.
Lake Sentani viewlake view terrace
The view from the plane is very beautiful, we could see the sea on the north and see the land in the south.
islands with white sandy coastthe river and lowland forest
On March 19, 2011 the Moon will pass by Earth at a distance of 356,577 kilometers (221,567 miles) – the closest pass in 18 years .
I don’t wanna miss my chance, with Canon EOS 60D go to Dok 2 beach where clear sky appear. Sky was not real clear with clouds but it is good enough to shoot supermoon pictures and some landscape at night.
Moon among clouds
Sky look so bright as you can see, I expected that electricity around Jayapura black out at this moment and everyone will go out and look up to the sky.
Supermoon
All pictures taken with Canon EOS 60D from Jayapura city, Papua, Indonesia.
Banyak yang mengatakan bahwa kalau belum mengunjungi Wamena, maka belum mengunjungi Papua. Beberapa kali mengunjungi Wamena, tapi kali ini jadi momen bagus untuk ambil foto sebanyak-banyaknya karena pas bawa kamera sendiri dan bukan kamera kantor. Meskipun waktu sempit dan kerjaan banyak, kesempatan untuk ambil foto selalu ada disela-selanya.
Mungkin ada benarnya karena Wamena merupakan pemusatan penduduk wilayah Pegunungan Papua. Kota Wamena terletak di Lembah Baliem yang merupakan pusat dari suku Dani, suku terbesar populasinya di Papua. Wamena ditempuh denga transportasi udara yang tersedia setiap hari dari Jayapura. Jalan darat yang dulu pernah dibuat ternyata tidak bisa digunakan karena fasilitas pendukung yang tidak ada.
Pesawat; satu-satunya transportasi menuju Wamena
Kota Wamena terletak di lembah Baliem, lembah dataran tinggi yang dikelilingi oleh perbukitan dan gunung.
Lembah Baliem
Lembah Baliem dikelilingi oleh perbukitan yang merupakan bagian dari wilayah pegunungan tenga Papua. Para pendaki Cartensz bisa melewati rute utara melalui Wamena.
Puncak Jayawijaya merupakan puncak tertinggi di wilayah pegunungan tengah 4884 m. Di antara puncak-puncak gunung yang ada beberapa diantaranya selalu tertutup salju misalnya Pucak Trikora 4750 m, Puncak Yamin 4595m dan Puncak Mandala 4760m. Tanah pada umumnya terdiri dari batu kapur/gamping dan granit terdapat di daerah pegunungan sedangkan di sekeliling lembah merupakan percampuran antara endapan Lumpur, tanah liat dan lempung (need cross check) .
Pegunungan di Wamena yang mengelilingi Lembah BaliemBatuan kapur merupakan jenis batuan yang membentuk pegunungan di sekitar wilayah Kurulu
Suku Dani sebagai suku terbesar yang mendiami lembah Baliem, selain itu ada suku Yali dan suku Kimyal, dll. Kebudayaan masyarakat suku asli dapat dikatakan sebagai budaya batu, dimana peralatan dibuat masih menggunakan batu dan sederhana sekali, misalnya kapak batu, tombak dan panah.
Suku Dani
Sementara rumah tradisional disebut dengan honai, yang dibuat dengan atap jerami dan kayu sebagai kerangka. Salah satu yang menarik dari suku dani adalah cara mereka membuat pagar yang tertata rapi, bisa dilihat dalam foto berikut.
Gabungan honai dan rumah semi permanen di Bulakme
Wamena juga terkenal dengan upacara tradisional bakar batu, yang prosesnya dilakukan secara tradisional, dimulai dengan membakar batu sampai panas, membuat lubang, memasukkan sayuran dan ubi serta daging babi.
Upacara Bakar Batu
Perjalanan kali ini juga mengunjungi distrik Bulakme, ditempuh dengan jarak sekitar 1 jam perjalanan darat dari pusat kota Wamena. Distrik ini masih merupakan wilayah kerja saya dan beberapa CBO dan CSO bekerja di wilayah ini.
Pemandangan Bolakme dengan kolam ikan yang merupakan bagian dari program PcDPAnak-anak Bolakme malu difoto
Semoga besar mereka bisa jadi presiden seperti gambar Obama di kaos mereka.
Anak dari Bulakme
Kalau sudah sampai Wamena jangan lupa jalan-jalan ke Kurulu untuk melihat mumi di distrik Kurulu. Menurut masyarakat, usianya sudah 368 tahun.
Mumi dari Kurulu 368 tahun usianyaMumi dari Kurulu
Ormu Kecil hanyalah sebuah desa kecil di kaki pegunungan Cyclops. Sebagai sebuah desa pantai maka Ormu kecil dikeliling oleh laut dengan pemandangan yang langsung ke Lautan Pasific. Merupakan desa tradisional yang menjadi pusat pemukiman penduduk asli Jayapura.
Pantai Ormu Kecil
Desa ormu kecil secara geografi merupakan celah pertemuan antara dua perbukitan, memiliki sungai kecil dengan beberapa air terjun yang bagus. Pertemuan antara laut dengan air tawar ini menjadikan wilayah ini unik dan menjadi lokasi pemukiman yang ideal. Hanya saja pantainya cukup curam dan tidak bisa di darati perahu.
air terjun di Ormu Kecil
Omu masuk kedalam kabupaten Jayapura, dapat ditempuh selama 1 jam melalui laut ke arah base G. Melewati laut berombak dengan pantai terjalnya dan beberapa spot bagus dengan pantai putihnya.
Pantai pasir putih Base G dari laut
Melewati pantai Base G, perjalanan masih melewati pantai-pantai curam dengan ombak yang cukup tinggi. Beberapa pantai secara alami memang mengalami perubahan fisik, dimana batuan-batuan pantai kemudian runtuh dan membentuk pola pantai yang baru.
Pantai curam sepanjang perjalanan
Formasi batu sepanjang pantai
Sebagai wilayah yang masih pristine Ormu Kecil merupakan wilayah dengan kekayaan biodiversity yang besar.
Kuskus Pegunungan Cyclops
Potensi Pengembangan Wisata
Beberapa wilayah pedesaan yang terletak di kabupaten Jayapura dengan aksesiblitas yang ada merupakan wilayah dengan potensi pegembangan wisata alam yang besar. Ormu salah satunya, dengan kondisi geografis, biodiversity dan alamnya yang mengagumkan, wilayah ini bisa menjadi lokasi wisata yang menggabungkan antara wisata pantai, hiking, budaya.
Pengembangan yang bisa diusulkan adalah membuat perencanaan yang partisipatif, dimana pengelolaan wisata sepenuhnya dilakukan oleh masyarakat dimana pemerintah memberikan dukungan dalam bentuk penambahan infrastruktur, memudahkan aksesibilitas dengan alat transportasi dan pendampingan dalam hal management pengelolaan wisata dengan sederetan program pengembangan kapasitas ke masyarakat. Eco-wisata bisa menjadi pilihan paling tepat, dimana masyarakat dapat menerima manfaat secara langsung dengan tetap terjaganya ekosistem dan kelestarian alam.
Pulau karang di perjalanan menuju Ormu Kecil
——
Foto-foto diambil dengan Canon EOS 60D (Canon 18-135 mm IS lenses)
Imlek holiday give opportunity for me and other colleagues to visit Tablanesu and Harleem beach in Depapre region. Just 2.5 hours trip from Jayapura city by cars and continue 15 minutes by boat to Harleem beach.
I used this opportunity to learn more about photography, nice beach (honestly I kind of enough with beach and sea), and white sandy beach.
A boat in Tablanesu beach
Harleem beach actually in mainland, but no land access and this make me used boat to reach this beach. Actually this is a very nice beach, isolated and long white sand beach.
Harleem beach, white sandy beach, an alternative place for some of people Jayapura
Transportation by boat is the only choice we have to reach this Harleem beach. Boat will drop us and they will also pick us. Don’t worry they will keep promised to pick up in time you had mentioned.
Pick up boat
So many thing as object for photography, small thing like dead coral could be a beautiful shot with nice light and sandy beach background.
Dead coral in Harlem beachMangrove
Using Canon EOS 60D with 18-135mm IS lenses, I think I need better lenses in the future.
So many way to avoid dull moment in small city like Jayapura. I choose photography at current time, bored with Playstation and bunch of movies. Actually photography one of my late passion, travelling to several places enable me to see different situation, different view.
Jayapura port only a small port but with long history, during WW II Jayapura port was Base for US military.
Port of Jayapura, with long history from WW II
Jayapura port as important port to both cargo and people transport to and from Jayapura from another locations.
Jayapura is very much the result of the Second World War. Before the war the place was called Hollandia. What is now called Jayapura was then Hollandia Haven, while the real Hollandia, with the government offices, was Hollandia-Binnen, present-day Abepura. There were no good road connections between “Haven“ and “Binnen”. By 1940 the place had about 300 inhabitants. This was “the outer-end of the Dutch East-Indian Empire”.
After the successful invasion in April 1944 the Americans immediately saw the good use they could make of the two natural harbours, Tanah Merah Bay and the port of Jayapura (Hollandia Haven). The area became the basic Base for the attack on the Philippines and then on Japan . The rest of Indonesia was left under the control of, respectively, the Japanese Army (West Indonesia) and the Japanese Navy (East Indonesia ). Jayapura, stretching from Humboldt Bay till Denpapre on Tanah Merah Bay , came to have in the war all of a sudden some 170,000 inhabitants. Maybe never in history in such a short time such a large city has been created out of nothing. There were seven cinemas. The people were housed in Quonsets, build of such a good quality that after almost 60 years many still provide comfortable housing, as for instance on Pos Tujuh, Sentani, in Ifar Gunung and in Abepura.
When the Dutch returned to New Guinea in the wake of the Americans they established their headquarters at Kampung Harapan, about halfway between Sentani and Abepura. This was then named Kota NICA, the Netherlands Indies Civil Administration City. City was a very grand name for a place with some improvised buildings. Later the civil administration moved to Abepura, where the Governor build his “palace” out of the parts of the headquarters of General Douglas MacArthur, which he had build on Ifar Gunung. The site of his house has a monument. This is situated in the compound of army barracks. (from: http://www.world66.com/asia/southeastasia/indonesia/irianjaya/jaya_pura/history).
Jayapura recently capital city of Papua Province, Indonesia with about 261.776 inhabitants, center of Jayapura start to be crowd city. Economic activities marked with many ships came to Jayapura city.
Cargo ships will unloading in Jayapura port
View from hills around Jayapura are amazing, just visit to one place you could capture tons of pictures.
View from Jayapura hill
Photography could be a very interesting to catch view in area with beautiful landscape like Jayapura port and Jayapura bay.