Mainstreaming Climate Change


Upps heboh rame-rame pakai istilah mainstreaming, yang paling ramai tentunya gender mainstreaming. Bahasa Indonesianya jadi pengarusutamaan gender.

Hutan Mamberamo Raya

Kemudian mainstreaming climate change diperkenalkan sebagai strategi untuk memastikan bahwa aspek perubahan iklim diperhitungkan dalam setiap aspek kegiatan yang akan dilakukan, terutama pada kegiatan-kegiatan pembangunan.

Mainstreaming climate change adaptation describes a process of considering climate risks to development projects, and of adjusting project activities and approaches to address these risks. The assumption is that the project has a goal related to poverty reduction, livelihood security, or improved well-being for target populations, and that the sustainability and impact of the initiative can be increased by integrating climate change. This is different from a “targeted” community-based adaptation project, where the explicit goal is to build resilience to climate change. Mainstreaming climate change adaptation can therefore ensure that development programs and policies are not at odds with climate risks both now and in the future (CARE: Mainstreaming Climate Change).

Mengingat bahwa aspek perubahan iklim akan berpengaruh pada semua aspek pembangunan maka pengarus utamaan juga dilakukan pada semua aspek pembangunan, Pemerintah Indonesia pada tingkat nasional telah menyusun rencana aksi atau RAN  GRK yang merupakan rencana aksi pengurangan emisi gas rumah kaca. Pada tingkat daerah disusun RAD GRK di tingkat provinsi yang targetnya selesai pada bulan September ini.

Pertanyaannya adalah: apakah RAN GRK dan RAD GRK ini sudah terintegrasi dalam pembangunan? Masih menyisakan gap dimana rencana aksi tersebut dan semua rekomendasinya bisa terakomodir dalam perencanaan pembangunan. Mekanisme bagaimana RAD bisa menjadi input dalam rencana pembangunan juga masih ada.

Gap yang lain adalah bahwa penyusunan RAD dilakukan di tingkat provinsi sementara perencanaan pembangunan yang nanti diimplementasikan pada tingkat kabupaten. Bagaimana ini bisa diselaraskan, masih juga menyisakan PR yang besar.

Mainstreaming climate change, seharusnya bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya bekerja dengan multi stakeholder yang bukan hanya pemerintah, tetapi juga sektor swasta, civil society organization dan pada tingkat akar rumput. Kebijakan dan penerapan pelaksanaan pembangunan pada semua sektor ini harus dilakukan dengan menggunakan pendekatan pengarusutamaan aspek perubahan iklim.

Pada sektor pemerintahan misalnya, mulai dari penyusunan RPJM dan penyusunan RTRW harus memasukkan pertimbangan aspek perubahan iklim. Misalnya karena penyumbang perubahan iklim di Indonesia adalah dari perubahan kawasan hutan menjadi penggunaan lain dan perubahan fungsi kawasan gambut. Maka kebijakan zonasi ruang pada kawasan hutan dan gambut harus dilakukan dengan mempertimbangkan aspek perubahan iklim.

Pada sektor swasta, misalnya perusahaan HPH/logging atau perkebunan Sawit harus menerapkan aspek pengelolaan lestari. Dimana perubahan fungsi kawasan di dalam areal ini dilakukan dengan mempertimbangkan aspek kelestarian dan dilakukan berimbang antara penggunaan kawasan dengan reboisasi kawasan.

Pada sektor masyarakat, main streaming dilakukan dengan banyak cara misalnya dengan memperkenalkan produk yang hemat energi, pembatasan penggunaan bahan bakar fossil. Pada masyarakat yang dekat dengan hutan bisa diperkenalkan model pembukaan lahan tanpa dibakar atau melakukan kegiatan yang menambah nilai produksi dan alternative livelihood untuk mengurangi tekanan pada kawasan hutan.

 

Aspek Geografi dalam Perubahan Iklim dan Ketahanan Pangan


Belajar lagi mengenai perubahan iklim membuat saya kembali ke 20 tahun yang lalu saat belajar meteorolgi dan klimatologi di kampus.

Perubahan iklim menurut wikipedia dapat diterjemahkan sebagai perubahan dalam jagka waktu lama dalam distribusi statistik dari pola cuaca menurut periode waktu mulai dari ratusan tahun hingga jutaan  tahun.

Climate change is a long-term change in the statistical distribution of weather patterns over periods of time that range from decades to millions of years. It may be a change in the average weather conditions or a change in the distribution of weather events with respect to an average, for example, greater or fewer extreme weather events. Climate change may be limited to a specific region, or may occur across the whole Earth.

Perubahan iklim di Indonesia bisa dibaca dalam web: http://iklim.dirgantara-lapan.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=85&Itemid=78.

Pertanian pada lereng terjal di Distrik Ninia, Kabupaten Yahukimo

Perubahan iklim ini dijelaskan lebih detail lagi menyebabkan terjadinya pemanasan global, perubahan iklim.

Ketahanan pangan dapat di terjemahkan sebagai kondisi dimana semua orang setiap saat mendapatkan akses fisik, sosial dan ekonomi pada makanan yang cukup, aman dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan makanan hariannya dan makanan untuk menunjang kegiatan dan kesehatan.

Food security is defined as a ‘situation […] when all people, at all times, have physical, social and economic access to sufficient, safe, and nutritious food that meets their dietary needs and food preferences for an active and healthy life’ (FAO, 2002). Food security is not narrowly defined as whether food is available, but whether the monetary and non-monetary resources at the disposal of the population are sufficient to allow everyone access to adequate quantities and qualities of food (Schmidhuber and Tubiello, dalam Ludi 2009).

Hubungan antara Perubahan Iklim dan Ketahanan Pangan

Perubahan iklim berpengaruh pada ketahanan pangan baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung misalnya dengan perubahan iklim maka akan terjadi perubahan kapan turunnya  hujan, lamanya musim tanam, banjir, kekeringan, dll. Sementara secara tidak langsung akan berpengaruh terhadapat perubahan harga karena stok yang berkurang, pengaruh ke distribusi makanan, dll. Sebagai contoh di beberapa wilayah Indonesia seperti NTT atau NTB, pengaruh datangnya musim kering yang berubah ternyata berpengaruh besar pada produksi pertanian yang ada, demikian juga dengan beberapa wilayah lain di Jawa, dimana musim hujan yang extrem menyebabkan areal padi menjadi puso / gagal panen. Pada wilayah pesisir perubahan iklim berpengaruh pada saat turun ke laut yang terbatas karena besarnya gelombang yang menyebabkan hasil tangkapan ikan dan hasil laut lainnya menjadi lebih sedikit.

Pemerintah pada dasarnya sudah menyadari bahwa aspek perubahan iklim dan ketahanan pangan akan saling berkaitan dengan jelas. Presiden SBY misalnya dalam penyerahan penghargaan di bulan desember 2010 menyebutkan pentingnya ketahanan pangan dalam kaitan dengan perubahan iklim. Sementara itu dalam kegiatan di panen raya di Jawa Barat september 2010 misalnya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa bersama-sama dengan Menteri Pertanian Suswono, Menteri BUMN Mustafa Abubakar, dan beberapa pejabat lain menyadari bahwa aspke perubahan iklim mempengaruhi ketahanan pangan. Darwin 2001, menyebutkan bahwa kebijakan jangka panjang sangat dibutuhkan dalam kaitan dengan perubahan iklim dan inni membutuhkan informasi yang akurat mengenai dampak ekonomi akibat dari perubahan ikllim. Long-term policy responses require accurate informationabout the economic impacts of future climatic conditions. Despite recent advances in analyzing the economic effectsof global warming, information about climate change andfood security in developing countries remains extremelylimited. Specific details are lacking about the location, timing,magnitude, and probability with which food securityissues might arise. ERS will continue to conduct economicresearch that helps to assess the effectiveness of publicpolicies for responding to global warming.

Pada tingkat dibawahnya harus dilakukan advokasi kembali untuk meningkatkan awareness mengenai pentinya daerah melakukan antisipasi adanya perubahan iklim terhadap ketahanan pangan.

Aspek Geografi

Tentu saja aspek iklim dan cuaca terkait dengan segala fenomena yang terjadi dalam kaitan ruang, ini menjadikan pengetahuan geografi menjadi sangat penting dalam perencanaan kegiatan antisipasi ketahanan pangan dalam menghadapi perubahan iklim. Diteliti lebih dalam lagi bahwa perubahan iklim terkait erat dengan beberapa aspek, misalnya terjadinya bencana alam seperti banjir dan longsor melibatkan aspek keruangan yang sangat jelas. Peran ilmu geografi sangat diperlukan untuk mampu memetakan wilayah-wilayah dengan kondisi fisiknya seperti kelerengan, iklim, penggunaan tanah. Sesudah itu dapat dilakukan analisis geografi yang lebih mendalam dengan membuat analisis mengenai dampak dari perubahan iklim, aktifitas manusia dalam mengelola lingkungan, dll. Outputnya dapat digunakan dalam pengambilan keputusan terkait dengan strategi dalam menjamin adanya ketahanan pangan bagi masyarakat.

Bahan bacaan:

1. Ludy, Eva. Climate change, water and food security, ODI, March 2009

2.  Darwin, Roy. Climate Change and Food Security. 2001

3.Gregory, dkk, Climate Change and Food Security, Oct 2005  http://rstb.royalsocietypublishing.org/content/360/1463/2139.full.html#related-urls

4.  http://iklim.dirgantara-lapan.or.id/index.php