Show me the map!


“Tunjukkan peta-nya” sudah menjadi pertanyaan banyak pengambil kebijakan saat ini. Ketika kita menyampaikan bahwa Covid19 tertinggi di Indonesia di Jakarta, Surabaya dan Makassar maka ‘tunjukkan peta-nya’ dan akan lebih mudah untuk mengambil kebijakan penanganan.

Ketika membicarakan ‘kemiskinan’, maka tunjukkan peta-nya, dimana lokasi-lokasi yang menjadi wilayah miskin atau tidak. Maka ketika peta pertama muncul akan muncul pertanyaan kedua ‘tunjukkan peta kepadatan penduduk-nya’, lalu tunjukkan ‘peta tingkat pendidikan’, lalu tunjukkan ‘peta fasilitas kesehatan’, lalu ‘peta kekayaan sumberdaya alam’. Terakhir baru kita sadar bahwa pola kemiskinan akan sangat terkait dengan pendidikan dan kesehatan, bukan kekayaan sumberdaya alam.

Kemajuan teknologi saat ini menjadi proses pembuatan peta bukan lagi hal sulit, yang terpenting adalah memahami KONTEKS dan mengisi dengan KONTEN yang dapat diandalkan. Geographic Information System (GIS) sudah menjadi tools yang mudah dijangkau, mudah digunakan dan bahkan pada negara-negara maju sudah diajarkan sejak masa kecil. National Geographic menyebut proses geNGeo, sebuah proses membangun GeNerasi yang melek Geography dan GeoSpatial secara umum.

Show me the map!

Tunjukkan saya peta-nya.

Karena dengan memahami masalah dengan konteks spatial-nya akan banyak hal-hal yang dapat dijawab atau diselesaikan dengan lebih baik.

Sumber : ESRI Conference, 2020

Bab VI. Analisis Spatial dengan ArcGIS


Analisis Spatial

Proses analisis dengan ArcGIS adalah proses menggabungkan informasi dari beberapa layer data yang berbeda dengan menggunakan operasi spatial tertentu dimana kita memulai dari ide yang kita kembangkan dan diaplikasikan dalam berbagai hal.

Proses analisis untuk menjawab pertanyaan yang terkait dengan ruang disebut juga analisis spatial. Analisis spatial ini dilakukan dengan menggunakan analisis data vector, analisis data citra satelit dan analisis data tabular yang ada.

Dalam melakukan analisis dilakukan beberapa langkah:

  1. Menentukan permasalahan/pertanyaan kunci
  2. Mengumpulkan dan Menyiapkan data
  3. Menentukan metode dan alat analisis
  4. Melakukan proses analisis
  5. Memeriksan dan memperbaiki hasil-hasil analisis tersebut.

 

Analisis dilakukan dengan tahapan tersebut dengan diawal oleh menentukan permasalahan atau pertanyaan kunci sebagai leading dalam melakukan analisis. Dalam kaitan tata ruang misalnya; Bagaimana zonasi yang tepat untuk menentukan kawasan lindung dan kawasan budidaya? Ini merupakan pertanyaan kunci yang kemudian bisa dijabarkan lagi menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih detail;

–          Bagaimana status zonasi berdasarkan tata ruang sebelumnya?

–          Bagaimana tutupan lahan yang ada?

–          Bagaimana penggunaan lahan yang ada?

–          Bagaimana sebaran wilayah penting untuk konservasi?

–          Bagaimana sebaran wilayah penting pengembangan ekonomi?

–          Bagaimana sebaran penduduk?

–          Bagaimana sebaran fasilitas-fasilitas bagi masyarakat?

 

Pertanyaan-pertanyaan tersebut yang kemudian memandu proses-proses selanjutnya dalam analisis dengan GIS.

Dalam proses selanjutnya dilakukan pengumpulan dan pengecekan data, dimana data-data yang dibutuhkan dalam analisis GIS dikumpulkan dan kemudian dilakukan pengecekan dalam beberapa aspek seperti format data, skala, sumber, tinkat kedetailan (skala), dll. Sesudah proses ini dilakukan proses penyiapan data berupa penyamaan format, system koordinat, dan kemudian melengkapi data-data yang diperlukan dari berbagai sumber data atau membangun data yang ada sendiri.

Penentuan metode analisis dilakukan sesidah semua data yang dibutuhkan untuk analisis sudah tersedia. Analisis yang dilakukan terdiri atas berbagai jenis analisis, dengan menggunakan metode analisis   yang sesuai dalam menjawab semua pertanyaan tersebut.

Selanjutnya adalah proses analisis, proses ini dilakukan dengan menggunakan data dan metode yang telah diisi. Proses analisis dapat dilakukan menggunakan metode yang telah ditetapkan dalam menjawab pertanyaan. Proses analisis bisa sederhana atau kompleks, misalnya pertanyaan tutupan lahan yang ada? Dijawab dengan mengunakan analisis citra satelit kemudian dioleh dengan software remote sensing dan menghasilkan tutupan lahan yang ada. Berbeda dengan pertanyaan bagaimana penggunaan lahan? Ini membutuhkan analisis yang kompleks karena penggunaan lahan membutuhkan proses verifikasi di lapangan dengan menggunakan survey dan pengolahan data yang kompleks.

Hasil analisis harus kemudian diperiksa kembali misalnya hasil akhir zonasi yang dikeluakan kemudian di cross check kembali secara baik. Hasil analisis yang menggabungkan banyak data, ada kemungkinan kesalahan seperti kesalahan koordinat atau kesalahan menentukan parameter. Pengecekan dilakukan dengan merunut baik data serta metode yang digunakan.

Langkah-langkah Analisis dengan ArcGIS

Analisis yang akan dibahas dalam modul ini adalah analisis dengan menggunakan ArcGIS. Analisis yang dilakukan terbatas pada analysis tools dalam arctoolbox, yang terdiri atas:

  • Extract
  • Overlay
  • Proximity
  • Statistic

Dalam ArcGIS fungsi ini analisis ini terbagi lagi dalam banyak fungsi misalnya untuk extract kemudian dibagi lagi atas clip, select, split dan table select. Demikian juga degan overlay, proximitt dan statistics terdiri atas beberapa pilihan analisis.

KLIK LINK BERIKUT UNTUK MENDOWNLOAD BAGIAN BAB VI.

Bab VI_ Manual ArcGIS

Jangan Lupakan Ilmu Geografi dan Ilmu Kebumian


Image

Ini merupakan catatan akhir tahun saya.

Pekerjaan saya menuntut untuk mengunjungi dan bekerja bersama beberapa pemerintah daerah. Ada banyak hal bisa saya simpulkan dalam kaitan dengan aplikasi bidang ilmu geografi.

Geografi sebagai ilmu tampaknya masih terlupakan dan tidak dikenal oleh banyak pihak. Demikian pula dengan ilmu-ilmu lain yang berbasis geoscience seperti geologi, geodesi, klimatologi.dll masih merupakan ilmu yang terpinggirkan. Wikipedia menuliskan singkat saja mengenai geografi bahwa Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu gêo (“Bumi”) dan graphein (“tulisan”, atau “menjelaskan”).
Geografi juga merupakan nama judul buku bersejarah pada subjek ini, yang terkenal adalah Geographia tulisan Klaudios Ptolemaios (abad kedua).
Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi tidak hanya menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan “lokasi pada ruang.” Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia. Juga mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.

Sebagai negara dengan luas wilayah besar dan variasi bentang alam yang luar biasa kaya, maka geografi dan ilmu dasar berbasis kebumian lain (geoscience) seharusnya menjadi ilmu yang penting untuk dikembangkan dan menjadi dasar dalam pelaksanaan kehidupan, pembangunan dan semua aspek lain.
Ada beberapa alasan mengapa geografi menjadi hal yang terpinggirkan.
1. Fokus Pengembangan Ekonomi
Dari awal sekali bahwa pembangunan manusia di Indonesia difokuskan pada peningkatan kesejahteraan melalui pengembangan ekonomi. Sayangnya adalah pembangunan ekonomi dilakukan dengan melupakan basic science yang kemudian melahirkan pembangunan dengan arah yang tidak memiliki dasar. Ambil saja contoh mengenai pembangunan sector kehutanan yang dilakukan secara massive dalam kurun waktu 80-an sampai 90-an. Kegiatan ini dilakukan dengan minimnya pengetahuan mengenai peta kawasan hutan, kondisi hutan dan juga mengenai aspek-aspek ekologis yang melibatkan ilmu dasar geografi (termasuk geomorfologi), klimatologi, biologi, ilmu tanah, dll. Yang terjadi adalah ketika ekspansi pengembangan ekonomi dilakukan tidak direncanakan dengan baik dimana lokasi yang boleh dan tidak boleh, dimana lokasi yang sesuai dan tidak sesuai dan ujungnya adalah bagaimana dampaknya. Demikian pula dengan sector pertambangan, dimana aplikasi geografi dan geoscience lainnya justru dipegang oleh para kontraktor dan perusahaan pertambangan besar yang berasal dari luar negeri.

2. Leadership
Kepemimpinan menjadi kata kunci disini, meskipun para pendiri bangsa mengerti sekali bahwa aspek-aspek geografi sangat penting, tetapi pemimpin lanjutannya sangat tidak mengerti bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan yang penting untuk memetakan wilayah Indonesia yangbegitu luas dan kemudian menggunakan peta-peta tersebut untuk mengambil kebijakan yang tepat.

3. Dukungan Kebijakan
Kebijakan menjadi factor lanjutan dari leadership, ketidak pahaman para pemimpin bangsa mengenai geografi dan beberapa ilmu dasar lain membuat kebijakan yang dibangun tidak didasari oleh data dan informasi mengenai lokasi yang cukup.
Misalnya kebijakan mengenai alokasi penggunaan lahan yang dilakukan oleh pemerintahan tidak dilakukan dengan menggunakan data yang cukup mengenai lokasi.
Jangan heran kalau kemudian banyak dokumen penting untuk perencanaan melalui dokumen tata ruang tidak dilengkapi dengan peta dan informasi spatial yang akurat. Akibatnya bisa dilihat sendiri, ketika kemudian alokasi pemukiman dan perindustrian dilakukan di wilayah pertaanian yang subur, kemudian satu waktu Indonesia akan mengandalkan pangan pada ekspor.

Apa yang kemudian bisa dilakukan adalah melakukan usaha untuk meningkatkan pendidikan dibidang Geografi, serta ilmu kebumian lain. Pada level implementasi bisa dilakukan kegiatan peningkatan kapasitas mengenai pengelolaan dan analisis data keruangan dengan menggunakan dasar ilmu geografi dan ilmu kebumian lainnya.
Tidak pernah ada kata terlambat untuk belajar.

Perkembangan Data Spatial


Membaca Geospatial World tentang kemajuan ekonomi Cina yang menjadi kedua terbesar di dunia dan tentunya kemajuan dibidang pendataan spatial yang disebutkan mencapai 25 persen pertahun membuat saya takjub dan berpikir mengapa perkembangan data spatial di Indonesia seperti berjalan ditempat.
Pendataan spatial yang dilakukan di Cina menjadi dasar dalam pembangunan, mulai dari pembangunan infrastruktur, pembangunan pertanian, pemanfaatan sumberdaya alam.

Kondisi cina dengan daratan yang luas bisa dikatakan dipetakan secara utuh dengan menggunakan resources yang besar. Disebutkan misalnya perencanaan kawasan pertanian dilakukan dengan mendata keseluruhan informasi spatial secara lengkap sebelum implementasi pertanian dilakukan. Hasilnya bisa dilihat bahwa hasil pertanian yang maksimal.
Beberapa tahun yang lalu saya harus bolak-balik Jakarta – Bandung dan pilihan yang paling saya suka adalah kereta, karena melewati jalur mulai dari kota, dan persawahan serta pemandangan perbukitan yang indah saat mulai memasuki purwakarta. Hanya dua tahun saja saya melihat penyusutan lahan padi di wilayah kawarang yang berubah menjadi perumahan atau pabrik. Kebijakan pertanian Indonesia bisa dibilang sangat tidak bijak dengan membiarkan perubahan fungsi lahan pertanian dan menjadikan wilayah non produktif seperti lahan gambut atau rawa sebagai kawasan pertanian.
Seandainya perkembangan data spatial dilakukan dengan baik misalnya memetakan aspek-aspek:
– ketersediaan lahan
– ketersediaan air
– tingkat kesuburan
– tingkat kesesuaian tanaman
– aksesibilitas dan pasar

Dengan menyediakan data tersebut secara spatial, tentunya kebijkan pembangunan pertanian tidak akan dilakukan dengan sembarangan dan menghasilkan ketergantungan pangan pada negara lain.

Data spatial seperti halnya, data-data lain disemua sektor pembangunan tampaknya harus terus menerus diadvokasi untuk dijadikan prioritas untuk dibangun sebelum perencanaan dilakukan, sesudah perencanaan data spatial harus terus dibangun agar tetap menkadi dasar dalam implementasi pembangunan.