Buat yang membutuhkan, berikut SK Menhut nomor 942 tahun 2013
https://www.dropbox.com/s/p4pl5p0jot8hvav/Peta_SK942.zip?dl=0
https://www.dropbox.com/s/ii5fevuos4chc8u/PP_NO_44_2004_PJS.DOC?dl=0
about geography
Buat yang membutuhkan, berikut SK Menhut nomor 942 tahun 2013
https://www.dropbox.com/s/p4pl5p0jot8hvav/Peta_SK942.zip?dl=0
https://www.dropbox.com/s/ii5fevuos4chc8u/PP_NO_44_2004_PJS.DOC?dl=0
Membuka data openstreetmap satu wilayah kota yang terpencil di Indonesia akan jadi pilihan menarik karena data jaringan jalan yang ditampilkan bisa jadi akan lebih detail daripada peta rupabumi keluaran lembaga “besar” yang sungguh sulit mengaksesnya. Openstreet merupakan menerapkan pola pengumpulan data dengan metode “crowdsourcing”, defined as the process of obtaining information from many contributors amongst the general public, regardless of their background and skill level.
Pengumpulan data spatial bisa dikatakan bukan lagi sebuah proses yang mahal sulit dilakukan. Perangkat-perangkat yang dimiliki saat ini sudah mendukung kegiatan,misalnya beberapa jenis mobile phone yang digunakan oleh sebagian pengguna kelas menengah sudah dilengkapi dengan GPS. Demikian pula dengan akses internet sudah dapat dilakukan dengan biaya yang lebih murah dan sudah menjangkau wilayah-wilayah yang jauh.
Beberapa aplikasi yang dapat dilakukan dengan Crowd Source:
1. Perencanaan berbasis masyarakat
Kegiatan perencanaan dapat dilakukan dengan menggunakan crowd sourcing dimana perencanaan dapat dilakukan dengan melibatkan peserta sebanyak mungkin secara sukarela. Pada kegiatan ini yang dibutuhkan adalah sebuah flatform yang membantu untuk menampilkan kondisi yang ada serta menarik input sebanyak mungkin dari masyarakat. Misalnya rencana pembangunan sekolah dapat dilakukan melalui suatu konsultasi publik secara online untuk mendapat masukkan yang paling tepat dengan memandang lokasi dari sisi kebutuhan dan pandangan masyarakat sebagai pengguna.
2. Pendataan fasilitas dan utilitas umum
Data-data dasar seperti jalan raya, nama jalan, sekolah, rumah sakit, dll dapat didata dengan mudah jika menggunakan crowd sourcing. Data lokasi dapat dilakukan dengan memberi fasilitas pengguna untuk meng-upload koordinat yang didapat baik dari penggunaan mobile phone yang menggunakan GPS atau dengan menggunakan fasilitas peta online seperti google.
4. Pendataan tematik khusus
Beberapa peta tematik khusus seperti peta-peta lokasi wisata, lokasi kuliner dan lokasi belanja banyak didapatkan dengan menggunakan crowd sourcing. Bayangkan berapa banyak data yang bisa dihimpun oleh server foursquare.
Crowd sourcing bisa menjadi pilihan yang menarik, ketika teknologi sudah bisa terjangkau dan akses internet yang semakin mudah. Tentu saja harus diatur sedemikian rupa supaya hasil dari pemetaan dengan crowd sourcing ini bisa dipertahankan.
Mempelajari Sistem Informasi Geografi (SIG) atau Geopraphical Information System (GIS) harus diawali dengan pengertian yang cukup mengenai peta sebagai media visual semua fitur dipermukaan bumi serta perkembangan analisis spatial mulai dari metode manual sampai menggunakan sistem digital. GIS berkembang dari perkembangan penggunaan peta multi layer untuk analisis dan perkembangan teknologi computer. Pemahaman akan konsep dasar pemetaan, prinsip dasar proyeksi peta dan perkembangan pemanfaatan GIS akan mempermudah pemahaman lebih lanjut mengenai penggunaan GIS dalam berbagai bidang, terutama bidang-bidang yang terkait dengan ruang.
Saat ini sebagai sebuah sistem informasi, GIS digunakan dihampir semua sektor karena setiap sektor pada umumnya akan terkait dengan aspek keruangan atau lokasi. GIS pun mengalami perkembangan, dari hanya kemampuan visualisasi sampai ketingkat analisis yang cukup kompleks dalam menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan.
Kartografi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai penggambaran peta permukaan bumi. Wikepedia menyebutkan Kartografi (atau pembuatan peta) adalah studi dan praktik membuat peta atau globe. Peta secara tradisional sudah dibuat menggunakan pena dan kertas, tetapi munculnya dan penyebaran komputer sudah merevolusionerkan kartografi. Beberapa kamus asing menyebutkan cartography as art and science of representing a geographic area graphically, usually by means of a map or chart. Political, cultural, or other nongeographic features may be superimposed.
Kartografi dapat dikatakan merupakan disiplin ilmu yang sudah ada sejak jaman dulu kala bahkan pada masa prasejarah katografi telah digunakan oleh manusia untuk menggambarkan wilayah teritori-nya, wilayah perburuan serta wilayah untuk mencari ikan. Pada masa babilonia peta dunia digambarkan sebagai wilayah datar, Ptolemy pada abad kedua telah mengembangkan suatu bentuk bumi dalam bentuk spherical. Peta-peta yang dibuat pada abad pertengahan menggunakan model yang digunakan oleh Ptolemy.
Terdapat asosiasi kartografi internationalatau International Cartographic Association atau ICA yang didirikan pada tanggal 9 June 1959, di Bern, Switzerland. Kartografi berkembang dari penggambaran permukaan bumi dengan pena diatas kertas dengan penggambaran secara digital melalui program computer (program CAD dan atau GIS). Perkembangan ini dalam bidang kartografi ini yang kemudian menjadi GIS. Meskipun demikian dalam mempelajari GIS harus terlebih dahulu mempelajari dasar-dasar kartografi. Dasar dari kartografi adalah dengan mempelajari pengertian dan konsep dasar mengenai peta.
Peta merupakan gambaran permukaan bumi yang dituangkan dalam bidang datar. Menurut ICA peta adalah gambaran konvensional yang mengambarkan elemen-elemen yang ada dipermukaan bumi dan gejala-gejala dari elemen-elemen yang digambarkan tersebut.
Peran peta adalah untuk menggambarkan posisi, menggambarkan ukuran dan menggambarkan bentuk-bentuk dari fenomena yang digambarkan dalampeta tesebut. Peta memiliki peran yang beragam dan terus berkembang peran awal dari peta adalah untuk sarana informasi dari pembuat peta ke penggunanya yang bertujuan untuk mengkomunikasikan posisi suatu tempat dan digunakan untuk navigasi. Peta kemudian berkembang menjadi dasar untuk analisis semua fenomena yang ada dalam permukaan bumi dalam kaitan dengan aspek keruangan, pada tahapan ini peta dapat digunakan untuk menghitung suatu fenomena, membuat prediksi berdasarkan keterkaitan fenomena keruangan dan pada akhirnya menjadi alat untuk analisis berbagai hal yang terkait dengan keruangan.
Ada berbagai jenis peta yang bisa dibedakan berdasarkan beberapa kategori seperti berikut:
Peta dapat dibuat dalam sekala yang detail dan sekala yang tidak detail. Semakin detail sekala peta maka akurasi peta akan semakin baik dan gambaran object yang ada dalam peta juga semakin mirip dengan kondisi sebenarnya.
Berdasarkan isi peta maka dapat dibedakan atas peta dasar dan peta tematik. Peta dasar merupakan peta yang dibuat untuk menggambarkan kondisi umum suatu wilayah dan menggambarkan feature-feature seperti sungai, jalan, kontur/garis ketinggian, batas administrasi, lokasi-lokasi penting seperti pusat pemukiman, dan gambaran tutupan lahan secara general.
Peta tematik bisa sangat beragam dan digambarkan dengan menonjolkan aspek tertentu sesuai dengan tujuan pembuatan peta. Peta tematik misalnya peta penggunaan tanah, peta jenis tanah, peta geologi, peta curah hujan, dll.
Untuk membuat peta terdapat kaidah kartografi yang harus dipenuhi, bahwa peta harus membuat penggunanya mampu membaca peta tersebut dengan muda. Untuk mempermudah membaca peta maka dalam membuat peta harus memenuhi syarat minimal seperti adanya judul, sekala, arah mata angin dan legenda peta.
Komponen-komponen yang terdapat dalam peta adalah:
– Judul Peta
– Sekala
– Penunjuk Arah Mata Angin
– Legenda/Keterangan symbol pada peta
– Sistem Proyeksi/Sistem Koordinat dan Datum
– Sumber Data dan waktu pengambilan/tahun
– Indeks Lokasi
Proyeksi peta merupakan hal yang penting untuk dipelajari sebagai dasar untuk memahami bagaimana peta ditampilkan dari kondisi permukaan bumi yang melengkung seperti bola kedalam bentuk datar.
Terdapat ratusan system proyeksi peta yang berbeda. Proses mentransfer informasi dari bumi ke peta menyebabkan setiap proyeksi untuk mengalami distorsi setidaknya satu aspek dari dunia nyata – baik bentuk, area, jarak , atau arah.
Setiap proyeksi peta memiliki kelebihan dan kekurangan , proyeksi yang tepat untuk peta tergantung pada skala peta, dan pada tujuan yang akan digunakan. Misalnya, ada system proyeksi mungkin memiliki distorsi atau penyimpangan yang besar jika digunakan untuk memetakan seluruh negeri, tetapi mungkin pilihan yang sangat baik untuk skala besar (rinci) misalnya untuk peta dari provinsi atau kabupaten. Sifat dari suatu proyeksi peta juga dapat mempengaruhi beberapa fitur desain peta. Beberapa proyeksi yang baik untuk daerah-daerah kecil, ada yang baik untuk daerah pemetaan yang membentang dari timur ke barat, dan beberapa lebih baik untuk daerah pemetaan dengan areal yang membentang dari utara ke selatan. Beberapa proyeksi memiliki sifat khusus, misalnya, proyeksi Mercator memiliki garis garis bantu lurus dan karena itu sangat baik untuk navigasi karena dengan garis bantu ini program kompas lebih mudah untuk menentukan arah.
Bagaimana tampilan Artartika yang sebenarnya dalam system Proyeksi Robinson[1]
Terdapat 4 kategori system proyeksi menurut (PeterH. Dana-Colorado University)yang terdiri atas[2]:
Proyeksi yang mempertahankan ukuran relatif akurat disebut wilayah yang sama , atau proyeksi setara. Proyeksi ini digunakan untuk peta yang menunjukkan peta distribusi atau fenomena yang menekankan pada akurasi peta. Contohnya adalah dan proyeksi proyeksi Albers Equal-Area Conic.
Sebuah proyeksi Azimuthal Equal – area The Atlas Nasional Amerika Serikat menggunakan proyeksi Lambert Azimut Equal – area untuk menampilkan informasi dalam online Map Maker . Selain sifat yang sama – wilayahnya , proyeksi ini juga menunjukkan arah yang benar dari titik tengah peta . Ini berarti bahwa proyeksi bekerja dengan baik untuk daerah pemetaan yang memiliki jarak yang hamper sama dari titik pusat, seperti Amerika Utara atau wilayah seperti Australia.
Proyeksi Mercator digunakan pada Atlas dan Peta Dunia. Proyeksi Mercator adalah proyeksi yang mempertahankan hubungan sudut dan bentuk yang akurat di area yang kecil dan disebut sebagai proyeksi konformal. Proyeksi ini digunakan di mana hubungan sudut penting, seperti untuk peta-peta navigasi atau meteorologi . Contohnya adalah proyeksi Mercator dan proyeksi Lambert Conformal Conic. The US Geological Survey menggunakan proyeksi konformal untuk banyak peta topografi -nya .
Proyeksi yang mempertahankan jarak yang akurat dari pusat proyeksi atau sepanjang diberikan garis disebut equidistant projection atau proyeksi berjarak sama. Proyeksi ini digunakan untuk radio dan pemetaan seismik dan untuk navigasi. Contohnya adalah proyeksi Repetitively Conic dan proyeksi persegi panjang. Contoh Proyeksi Azimut Repetitively adalah proyeksi yang digunakan pada peta yang dijadikan sebagai lambang PBB .
Proyeksi yang mempertahankan arah yang akurat ( dan karena itu hubungan angular ) dari titik pusat diberikan disebut azimut atau proyeksi zenithal. Proyeksi ini digunakan untuk grafik aeronautika dan peta lain di mana hubungan directional penting . Contohnya adalah proyeksi gnomonic dan proyeksi Lambert Azimut Equal – area .
Proyeksi peta dapat menggabungkan beberapa karakteristik ini , atau mungkin suatu kompromi yang mendistorsi semua sifat-sifat bentuk , area, jarak , dan arah, dalam beberapa batas yang dapat diterima . Contoh proyeksi kompromi adalah proyeksi Winkel Tripel dan proyeksi Robinson , sering digunakan untuk menggambarkan peta dunia .
Proyeksi Peta juga dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk permukaan yang dapat dikembangkan yang permukaan bumi diproyeksikan . Sebuah permukaan yang dapat dikembangkan adalah bentuk geometris sederhana yang mampu diratakan tanpa peregangan , seperti silinder, kerucut, atau plane. Cylindrical proyeksi menunjukkan singgung di baris yang dipilih dan garis potong sepanjang dua baris .
Misalnya, proyeksi silinder proyek informasi dari bola bumi ke silinder . Silinder dapat berupa bersinggungan dengan bumi sepanjang garis yang dipilih , atau mungkin sekan ( berpotongan Bumi ) sepanjang dua baris . Bayangkan bahwa setelah permukaan bumi diproyeksikan , silinder membukanya untuk membentuk permukaan datar. Garis-garis di mana silinder bersinggungan atau secant adalah tempat dengan distorsi minimal.
Proyeksi mercator melintang dan miring pada silinder dan peta. Proyeksi Mercator dibuat menggunakan silinder singgung di wilayah khatulistiwa. Sebuah proyeksi Transverse Mercator dibuat menggunakan silinder yang bersinggungan dengan meridian yang dipilih. Sebuah proyeksi Oblique Mercator dibuat menggunakan silinder yang bersinggungan sepanjang lingkaran besar selain khatulistiwa atau meridian .
Proyeksi Polyconic adalah proyeksi kerucut proyek informasi dari Bumi bulat ke kerucut yang baik bersinggungan dengan Bumi pada paralel tunggal, atau yang ada garis potong di dua paralel standar. Setelah proyeksi selesai , kerucut membukanya untuk membentuk permukaan datar. Garis-garis di mana kerucut bersinggungan atau secant adalah tempat dengan distorsi minimal. Proyeksi polyconic menggunakan serangkaian kerucut untuk mengurangi distorsi.
Proyeksi mengubah bidang ke bentuk bidang datar. Bidang datar ini dapat berupa garis bersinggungan atau garis potong.
Sistem koordinat memungkinkan peta atau data spatial menggunakan lokasi yang sama untuk proses integrasi dengan data spatial lainnya. Sebuah sistem koordinat adalah sistem referensi yang digunakan untuk mewakili lokasi peta atau fitur geografis, citra, dan hasil observasi seperti lokasi GPS dalam kerangka geografis yang sama.
Setiap sistem koordinat didefinisikan oleh:
Ada dua jenis umum sistem koordinat yang digunakan dalam GIS :
Sistem koordinat (baik geografis atau diproyeksikan) menyediakan kerangka kerja untuk mendefinisikan lokasi dunia nyata. Di ArcGIS , sistem koordinat yang digunakan sebagai metode untuk secara otomatis mengintegrasikan lokasi geografis dari dataset yang berbeda ke dalam koordinat kerangka umum untuk tampilan dan analisis . ArcGIS secara otomatis mengintegrasikan dataset yang sistem koordinat dikenal. JIka data-data yang digunakan diasumsikan telah menggunakan system koordinat yang terdefinisi dengan baik maka ArcGIS otomatis dapat mengintegrasikan dataset dengan data set lain dengan memproyeksikan data tersebut secara cepat dan otomatis ke dalam kerangka kerja yang sesuai untuk pemetaan, visualisasi 3D , analisis, dan sebagainya. Jika dataset tidak memiliki referensi spasial , mereka tidak dapat dengan mudah diintegrasikan.
Sebuah referensi spasial di ArcGIS adalah serangkaian parameter yang mendefinisikan sistem koordinat dan sifat spasial lainnya untuk masing-masing dataset dalam geodatabase. Sudah biasa bahwa semua dataset untuk daerah yang sama ( dan dalam geodatabase yang sama ) menggunakan definisi referensi spasial yang sama.
Pengertian GIS (Geographical Information System) atau kadang disebut dengan Sistem Infomasi Geografis (SIG) ada banyak sekali variasi tetapi pengertian dasarnya adalah sebuah sistem informasi berbasis data spatial. ESRI menterjemahkan GIS sebagai integrasi antara hardware, software, dan data untuk mengambil, mengelola, analisis dan menampilkan informasi dengan referensi geografis[3]. GIS memungkinkan untuk menampilkan, memahami, mempertanyakan, menterjemahkan dan menampilkan data dalam banyak cara untuk kemudian memunculkan keterkaitan/hubungan, pola dan trend dalam bentuk peta, atlas, laporan dan juga chart.
Perkembangan GIS merupakan perkembangan kartografi itu sendiri,berawal dari proses yang dilakukan secara manual dengan penggambaran diatas kertas, perkembangan teknologi computer memungkinkan proses dilakukan secara digital. Istilah GIS pertama kali diperkenalkan tahun 1967 oleh yang mengembangkan Canada Geographic Information System in 1967. Kegiatan yang sama dilakukan juga di hardvad di tahun 60-an dengan mengembangkan lab yang dikenal dengan Harvard’s Laboratory of Computer Graphics and Spatial Analysis in the 1960s. Era computer yang dimulai tahun 60-an menjadi awal dalam perkembangan GIS.
Komponen-komponen dalam GIS terdiri atas hardware,software, data dan brainware. Setiap komponen memiliki peran yang besar dalam pengembangan dan aplikasi GIS sebagai sebuah system yang mampu memberikan masukan dalam banyak aplikasi pengambilan keputusan.
Hardware dalam GIS sangat dipengaruhi oleh perkembangan dibidang informasi teknologi, perkembangan yang pesat dibidang IT dengan munculnya personal computer dan muncullnya prosesor yang lebih cepat, kapasitas penyimpanan data digital yang lebih besat, system online dan juga perkembangan dibidang remote sensing dan GPS merupakan aspek dalam GIS yang mampu mempercepat proses dan selanjutnya mempercepat kemajuan dalam aplikasi GIS.
Ada banyak sekali software GIS yang berkembang, perkembangan ini dilakukan oleh lembaga pendidikan, swasta dan juga oleh non swasta dengan berkembanganya aplikasi open source yang dilakukan tanpa adanya lembaga tetapi dengan menggunakan jaringan individu.Software GIS misalnya software yang dikeluarkan oleh ESRI, MapInfo, Idrisi, Ilwis, dll.
Data dalam GIS adalah data spatial atau data dengan referensi koordinat diatas permukaan bumi.Perkembangan teknologi dibidang remote sensing, GPS dan pengukuran geodesi merupakan factor-faktor yang mendukung perkembangan pengadaan data digital spatial yang digunakan dalam aplikasi GIS.
Komponen ini adalah komponen yang paling penting dalam GIS, adanya sumberdaya manusia yang mengembangkan, mengaplikasikan GIS menjadi factor utama yang menjadikan GIS cepat berkembang dan dapat digunakan pada banyak sekali aplikasi. Sumberdaya manusia juga mengembangan teknik-teknis dan metode untuk analisis yang memungkinkan terciptanya informasi spatial yang sangat penting dalam pengambilan keputusan berbasis ruang.
ESRI menambahkan komponen yang disebut dengan Workflow atau alur kerja yang didefiniskan sebagai proses pengerjaan dengan GIS. Ini menjadi komponen karena pada dasarnya setiap kegiatan yang dilakukan dengan GIS harus dimulai dengan menyusun alur pekerjaan,kerangka kerja dan juga metode-metode yang akan digunakan.
Sangat penting untuk mempelajari konsep pendekatan geografi yang merupakan pengetahuan dasar mengenai bagaimana melakukan suatu pengambilan keputusan berdasarkan kondisi spatial yang ada.
Secara singkat pendekatan ini hanya terdiri atas 3 alur dasar penting yaitu:
|
Map/Memetakan |
|
Evaluate/Melakukan Evaluasi/Kajian |
|
Act/Melakukan Tindakan |
Alur menjadi dasar dalam menggunakan GIS sebagai alat dalam pengambilan keputusan yang didasari atas fakta dan analisis yang valid.
Pendekatan geografi mampu menjawab semua pertanyaan yang menggunakan data-data keruangan. Pertanyaan dimana lokasi yang paling macet di Jakarta? Atau pertanyaan dimana lokasi yang paling strategis untuk mendirikan perumahan? Dimana lokasi habitat orangutan? Semua adalah pertanyaan-pertanyaan yang bisa dijawab dengan pendekatan geografi. Pada perkembangannya pertanyaan yang lebih kompleks seperti dimana paling menguntungkan untuk mendirikan ATM atau dimana lokasi yang paling sesuai untuk penaman kelapa sawit yang memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan bisa dijawab dengan menggunakan pendekatan geografi.
GIS berkembang untuk memberikan pemahama akan fenomena-fenomena yang ada di permukaan bumi. Alur berikut menggambarkan bagaimana GIS berawal sebagai alat menampilkan data sampai kemudian memberikan pengertian mengenai aspek keruangan.
GIS digunakan secara luas karena memberikan keuntungan dan nilai tambah jika dibandingkan dengan menggunakan system pemetaan manual. Adapun keuntungan menggunakan GIS Antara lain:
Menggunakan GIS memang membutuhkan investasi di awalnya. Tapi ketika system sudah berjalan dan kemudian digunakan secara konsisten, maka akan lebih efesien dibandingkan dengan menggunakan system manual. Penggunaan GIS dalam beberapa aplikasi akan mengurangi biaya secara signifikan, misalnya menggunakan GIS untuk pemetaan kawasan hutan akan jauh lebih murah jika dilakukan dengan survey lapang detail ke masing-masing lokasi.
Beberapa pengambilan keputusan seperti alokasi kesesuaian lahan, perencanaan tata ruang dilakukan dengan GIS akan memberikan keputusan yang lebih baik. Di Indonesia banyak kegiatan berbasis informasi geografis tidak dilakukan dengan menggunakan GIS, akibatnya adalah keputusan yang diambil kemudian salah, misalnya penentuan alokasi ruang kawasan budidaya dilakukan tanpa menggunakan GIS, ijin pengelolaan kawasan pemukiman diberikan pada kawasan yang merupakan kawasan pertanian yang bagus. Akibatnya adalah produktifitas pertanian menurun dan secara ekonomi jangka panjang akan sangat merugikan.
Dengan GIS dan perkembangan internet, maka informasi spatial yang dihasilkan dari analisis GIS dapat dengan mudah di share melalui internet.
Lebih baik dalam menyimpan informasi geografis
GIS merupakan system informasi berbasis data digital, karena itu data-data spatial seperti peta lebih mudah disimpan dalam format digital dibandingkan dengan format manual yang membutuhkan ruang yang besar serta membutuhkan maintenance yang lebih sulit.
Data spatial dalam GIS sangat mudah untuk dikelola, dengan menerapkan pengelolaan data yang baik, dengan menggunakan metadata, dengan menggunakan system pencarian yang baik, maka data spatial dalam GIS dengan mudah dikelola, dipanggil kembali,diperbaharui dan ditampilkan kembali.
Aplikasi GIS berkembang pesat pada banyak sector, ketika GIS pertama kali digunakan hanyak sektor tertentu yang menggunakan seperti untuk keperluan navigasi, transportasi, perencanaan dan militer. Perkembangan selanjutnya GIS diaplikasikan dalam kegiatan yang sebelumnya tidak terpikirkan dengan menggunakan GIS seperti perbankan, pariwisata, pemerintahan,dll.
Mengenal aplikasi GIS dalam berbagai bidang akan membuka wawasan untuk memahami bahwa GIS dapat digunakan mulai dari menampilkan data sampai menjadi pengetahuan yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Sebagai bahan pembelajaran berikut adalah beberapa contoh aplikasi GIS dalam berbagai bidang berikut ini.
Aplikasi GIS pada sector pemerintahan digunakan pada tingkatan nasional sampai pada tingkatan local seperti kabupaten dan provinsi. Pada sector ini bidang-bidang pemerintahan seperti pertanian, pekerjaan umum, perencanaan wilayah dan pembangunan ekonomi.
Perkembangan aplikasi GIS disadari sebagai investasi oleh pemeintah yang memungkinkan peningkatan efesiensi, mengurangi biaya, peningkatan koordinasi dan tentunya peningkatan akuntabilitas dan transparansi. Penggunaan GIS pada sektor pemerintahan di Indonesia masih banyak dilakukan pada tingkat pusat,penggunaan pada tingkat local harus didorong untuk meningkatkan kinerja dan layanan serta sangat berguna dalam berbagai aspek perencanaan.
Dalam bidang bisnis GIS berkembang pesat pada penerapan dibidang perbankan, marketing, pengelolaan asset, asuransi, real estate, media/pers dan retail. Pada bidang-bidang ini pengambilan keputusan yang sebelumnya tidak dilakukan dengan menggunakan aplikasi GIS, mulai dilakukan dengan menggunakan GIS sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan mengenai bisnis.Misalnya pertanyaan: Dimana menempatkan lokasi ATM yang paling sesuai dan menguntungkan? Jawaban untuk pertanyaan ini sudah dapat dilakukan dengan menggunakan GIS.
Kompetesi yang semakin tinggu dalam bidang bisnis menyebabkan perlunya pemahaman spatial yang mampu menjelaskan mengenai keterkaitan antara lokasi dengan masing-masing kegiatan bisnis yang dilakukan. Pengambilan keputusan yang terkait dengan konsumen, bisa lebih baik lagi jika digambarkan secara spatial dengan GIS.
Sektor pengelolaan sumberdaya alam merupakan sector yang paling banyak menggunakan GIS sebagai alat bantu dalam melakukan analisis keruangan. Aplikasi GIS dalam sektor ini antara lain; pertanian, kehutanan, pertambangan, pengelolaan air, konservasi, sampai perubahan iklim.
Aplikasi GIS dalam bidang-bidang pengelolaan sumber daya alam banyak dilakukan karena bidang-bidang dalam NRM merupakan bidang-bidang yang menggunakan data dan informasi spatial dalam kegiatan yang dilakukan. Misalnya dalam bidang pertanian aplikasi GIS digunakan untuk analisis kesesuaian tanaman dalam pengembangan pertanian.
Aplikasi GIS dalam aplikasi landuse merupakan salah satu aplikasi dalam GIS yang banyak digunakan. Aplikasi ini digunakan dibanyak negara dalam menentukan pola penggunaan lahan yang paling sesuai. Dalam aplikasi ini digunakan data-data spatial mulai dari data fisik seperti morfologi (ketinggian, lereng), geologi, jenis tanah, iklim (besaran curah hujan, lamanya musim hujan), hidrologi (DAS, sungai) dan land cover. Analisis yang dilakukan dengan data kondisi fisik kemudian dianalisis juga dengan menggunakan data sosial dan ekonomi seperti penduduk (jumlah dan sebaran), prsarana (jaringan jalan, terminal, pelabuhan), aksesibilitas (jarak tempuh), pasar (lokasi pasar). Analisis dilakukan dengan berbagai metode mulai dari overlay, scoring, network, dll. Hasil dari analisis ini digunakan dalam pengambilan kebijakan mengenai alokasi landuse yang paling tepat.
Aplikasi dalam bidang konservasi juga merupakan salah satu aplikasi yang cepat berkembang, berbagai aspek dalam konservasi melibatkan informasi lokasi/ruang, misalnya analisis untuk penentuan habitat, analisis untuk mengetahui kawasan lindung serta pada pengelolaan kawasan yang memang harus dilakukan terlebih dahulu dengan memetakan kawasan dan isi (biodiversitas) yang ada di dalamnya. Beberapa pendekatan konservasi seperti Ecoregion, HCV(F), ICDP merupakan pendekatan-pendekatan yang menggunakan informasi spatial dan memerlukan aplikasi GIS dalam kegiatannya.
TNC telah menggunakan GIS sebagai alat bantu dalam melakukan kegiatan-kegiatan perlindungan lingkungan hidup sejak lama dan juga secara intensif. Beberapa pendekatan yang dipelopori oleh TNC menggunakan GIS dalam menyusun perlindungan dalam tingkat landscape. Aplikasi yang dilakukan oleh TNC misalnya.
Ecoregional Planning
Perencanaan berbasis ecoregion menggunakan GIS untuk melakukan analisis pada tingkat landscape. Perencanaan Ekoregional TNC membahas beberapa masalah yang melekat yang ada dalam perencanaan tata ruang di masa lalu dan saat ini di Kalimantan Timur. Hal ini dilakukan dengan mendefinisikan data yang tersedia pada sekala tertentu dapat diterapkan, jelas menggambarkan terminologi; memproduksi layer peta digital tertentu, dan menerapkan logika dan dokumentasi yang jelas untuk proses pemilihan sistem ekologi target dan spesies, dan peringkat viabilitas dari sistem sasaran. Proses yang dilakukan adalah proses yang transparan, metodis dan berulang. Data akan dimasukkan ke dalam database konservasi dengan masukan dan diskusi diundang dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk para ahli lingkungan dan biologis, dan semua tingkat yang tepat dari pemerintah maupun masyarakat setempat.
Marzone
Marzoneatau Marxan with Zone merupakan alat yang digunakan dalam membantu pengambilan keputusan dalam membuat jaringan wilayah lindung dengan menggunakan analisis berdasarkan alokasi pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan. Marzone merupakan pengembangan dari Marxan yang telah digunakan sebelumnya dalam berbagai pengambilan keputusan dalam pengeloaan wilayah lindung.
Aplikasi dalam Marzone dikembangkan menjadi extension khusus yang mampu menganalisis data-data spatial seperti fisik wilayah, aspek-aspek lain dan menghasilkan peta yang digunakan dalam strategi konservasi.
Development by Design (DbD)
Merupakan pendekatan yang menggabungkan konservasi berbasis landscape dengan aspek mitigasi. Pendekatan DbD menggunakan aplikasi GIS dalam menentukan wilayah strategis bagi kepentingan konservasi dan kemudian dengan analisis yang lbeih detail dapat menggunakan GIS untuk memperhitungkan dampak-dampak dari satu kegiatan pembangunan dan dengan dampak ini dapat disusun mitigasi dalam rangka mengurangi dampak tersebut.
DOKUMEN dalam format PDF bisa di download di link berikut:
Proses analisis dengan ArcGIS adalah proses menggabungkan informasi dari beberapa layer data yang berbeda dengan menggunakan operasi spatial tertentu dimana kita memulai dari ide yang kita kembangkan dan diaplikasikan dalam berbagai hal.
Proses analisis untuk menjawab pertanyaan yang terkait dengan ruang disebut juga analisis spatial. Analisis spatial ini dilakukan dengan menggunakan analisis data vector, analisis data citra satelit dan analisis data tabular yang ada.
Dalam melakukan analisis dilakukan beberapa langkah:
Analisis dilakukan dengan tahapan tersebut dengan diawal oleh menentukan permasalahan atau pertanyaan kunci sebagai leading dalam melakukan analisis. Dalam kaitan tata ruang misalnya; Bagaimana zonasi yang tepat untuk menentukan kawasan lindung dan kawasan budidaya? Ini merupakan pertanyaan kunci yang kemudian bisa dijabarkan lagi menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih detail;
– Bagaimana status zonasi berdasarkan tata ruang sebelumnya?
– Bagaimana tutupan lahan yang ada?
– Bagaimana penggunaan lahan yang ada?
– Bagaimana sebaran wilayah penting untuk konservasi?
– Bagaimana sebaran wilayah penting pengembangan ekonomi?
– Bagaimana sebaran penduduk?
– Bagaimana sebaran fasilitas-fasilitas bagi masyarakat?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut yang kemudian memandu proses-proses selanjutnya dalam analisis dengan GIS.
Dalam proses selanjutnya dilakukan pengumpulan dan pengecekan data, dimana data-data yang dibutuhkan dalam analisis GIS dikumpulkan dan kemudian dilakukan pengecekan dalam beberapa aspek seperti format data, skala, sumber, tinkat kedetailan (skala), dll. Sesudah proses ini dilakukan proses penyiapan data berupa penyamaan format, system koordinat, dan kemudian melengkapi data-data yang diperlukan dari berbagai sumber data atau membangun data yang ada sendiri.
Penentuan metode analisis dilakukan sesidah semua data yang dibutuhkan untuk analisis sudah tersedia. Analisis yang dilakukan terdiri atas berbagai jenis analisis, dengan menggunakan metode analisis yang sesuai dalam menjawab semua pertanyaan tersebut.
Selanjutnya adalah proses analisis, proses ini dilakukan dengan menggunakan data dan metode yang telah diisi. Proses analisis dapat dilakukan menggunakan metode yang telah ditetapkan dalam menjawab pertanyaan. Proses analisis bisa sederhana atau kompleks, misalnya pertanyaan tutupan lahan yang ada? Dijawab dengan mengunakan analisis citra satelit kemudian dioleh dengan software remote sensing dan menghasilkan tutupan lahan yang ada. Berbeda dengan pertanyaan bagaimana penggunaan lahan? Ini membutuhkan analisis yang kompleks karena penggunaan lahan membutuhkan proses verifikasi di lapangan dengan menggunakan survey dan pengolahan data yang kompleks.
Hasil analisis harus kemudian diperiksa kembali misalnya hasil akhir zonasi yang dikeluakan kemudian di cross check kembali secara baik. Hasil analisis yang menggabungkan banyak data, ada kemungkinan kesalahan seperti kesalahan koordinat atau kesalahan menentukan parameter. Pengecekan dilakukan dengan merunut baik data serta metode yang digunakan.
Analisis yang akan dibahas dalam modul ini adalah analisis dengan menggunakan ArcGIS. Analisis yang dilakukan terbatas pada analysis tools dalam arctoolbox, yang terdiri atas:
Dalam ArcGIS fungsi ini analisis ini terbagi lagi dalam banyak fungsi misalnya untuk extract kemudian dibagi lagi atas clip, select, split dan table select. Demikian juga degan overlay, proximitt dan statistics terdiri atas beberapa pilihan analisis.
Klik Arc Toolbox
Klik Analysis Tools
Akan muncul pilihan Extract, Overlay, Proximity, Statistic yang kemudian bisa di klik lagi untuk memunculkan fungsi-fungsi clip, erase, buffer atau frequency dari masing-masing pengelompokan analisis tersebut.
Dalam ArcGIS kemudian tersedia analisis secara khusus dengan extension-extension seperti spatial analyst, 3D analyst image analyst, network analyst, dll. Extension ini dibuat untuk mempercepat proses pekerjaan dan dapat secara khusus digunakan untuk analisis pada bidang tertentu.
Clip adalah proses mengextrak/suatu feature dengan feature yang dijadikan batasan wilayah clip.
Klik Arc Toolbox
Klik Extract
Klik Clip
Input features = diisikan dengan layer yang akan di clip/dipotong
Clip features = diisikan dengan layer yang akan menjadi pemotong (dalam bentuk polygon)
Output feature class = diisikan nama layer dan folder hasil clip.
XY tolerance (optional) = diiskan nilai toleransi yang satuannya diisikan pada pilihan drop menu yang dimulai dengan unknown. Karena optional bagian ini bisa dilewatkan dan tidak harus diisi.
Select
Merupakan proses pemilihan suatu feature dengan mengunakan SQL berupa expression yang ditentukan.
Input features=diisikan dengan layer yang akan dipilih.
Output Feature Class= diisikan nama file dan folder dimana hasil akan disimpan
Expresion (optional) diiskan dengan SQL dari informasi yang dipilih dalam data tabular.
Isikan input feature =Papua_district_bnd_poly
Isikan Output Feature Class= ini akan otomatis diisi dengan belakang file diberi akhiran select. Nama file bisa diubah tetapi sebaiknya lokasi penyimpanan dibiarkan sama dengan file asal.
Diiskan Expresion (optional) = “KAB_KOTA=Sarmi” caranya dengan mengklik query builder.
Klik OK untuk melakukan proses
Split
Adalah proses memisahkan satu layers menjadi beberapa layer dengan menggunakan satu polygon yang terpecah-pecah.
Misalnya memisahkan satu layers kontur yang besar menjadi beberapa sheet atau grid seperti gambar berikut.
Input features=diisikan dengan layer yang akan dipisah-pisahkan/split.
Split features=diisikan dengan layer yang akan menjadi pemisah.
Split field= diiskan dengan nama field yang akan menjadi dasar.
Target workspace = diisikan dengan folder dimana hasil split akan disimpan.
XY Tolerance = diisikan dengan angka toleransi jarak yang digunakan dalam analsisi
Tabel Select
Merupakan proses pemilihan table dalam sebuah layer dengan menggunakan expresi dalam SQL.
Input table = diisikan dengan table/layer yang data tabelnya akan dipilih.
Output table=diiskan dengan nama table dan lokasi akan disimpan.
Expression (optional) = diisikan dengan expresi SQL yang ditetapkan sesuai dengan tujuan.
Erase
Adalah proses menghapus sebagian dari layer dengan menggunakan layer lain sebagai pembatas wilayah yang dihapus.
Proses analisis ini misalnya dilakukan untuk mengurangi luas kawasan hutan dengan menghapus bagian danau.
Input features = diiskan dengan layer akan akan dihapus sebagian isinya.
Erase feature = disikan dengan layer yang menjadi batas polygon wilayah terhapus.
Output feature dengan nama file dan lokasi file akan disimpan.
XY tolerance = diiskan dengan batas tolerasi kesalahan dari proses. Biasanya diikan satuan jarak tertentu seperi meter, km, miles, dll.
Identity
Adalah proses penggabungan satu layer utama dengan layer lain dengan melalukan overlay dan akan menghasilkan layer utama dengan tambahan input dari layer yang kana digabungkan.
Input feature = diisikan dengan layer yang akan digabungkan.
Identify features = diisikan layer yang akan digabungkan.
Output feature = diisikan dengan nama dan lokasi folder dimana hasil akan disimpan.
Join attributes= adalah pilihan mengenai atribut / isi dari table yang akan digabungkan.
XY tolerance= diisikan dengan jarak toleransi yang digunakan dalam analisis. Ini bisa diiisikan dengan hitungan meter atau kilometer atau satuan jarak yang lain.
Intersect
Input features= diisikan dengan beberapa layers yang akan diintersect
Output feature class= diisikan dengan nama dan lokasi hasil penggabungan akan disimpan.
Join attribute (optional)= diiisi dengan pilihan semua atribut yang akan disatukan.
XY tolerance(optional)= diisi dengan tolerasi jarak untuk analisis.
Output type (optional)= diiskan dengan jenis output… isikan dengan input supaya hasilnya sama dengan file input.
Spatial Join
Adalah proses menggabungkan data tabular dengan fungsi join. Proses ini menggabungkan data tabular target feature/layer yang akan ditambahkan datanya dengan Join feature yang merupakan feature/table yang akan menjadi tambahan. Proses ini akan menghasilkan data tabular baru yang merupakan hasil gabungan 2 tabel tersebut dengan menggunakan pilihan proses penggabungan (misalnya join_one_to_one).
Target feature =adalah feature yang akan digabungkan
Join feature = feature yang akan digabungkan
Output feature = hasil dari penggabungan, diisikan dengan
Join Operation (optional) = pilihan join, bisa one to many atau one to one
Fiel map of join features =Field yang akan digabungkan.
Match option (optional) =pilihan penggabungan, standar untuk penggabungan dalah intersect
Distance Field Name (optional) =
Setelah diisikan klik OK
Union
Merupakan proses analisis untuk menggabungkan dua feature dan keseluruhan layer dan data tabularnya akan disatukan.
Input feature = diisikan dengan layer yang akan digabungkan
Output feature = diisikan dengan feature kedua yang akan digabungkan
Join attribute (optional) = diisikan dengan attribute apa yang akan disatukan, dengan pilihan all atau FID (attribute dasar).
XY tolerance (optional) diiskan dengan jarak yang digunakan sebagai toleransi analisis.
Gaps Allowed (optional) = defaultnya dicontreng saja.
PROXIMITY
Buffer adalah proses analisis yang digunakan untuk membuat feature tambahan di sekeliling feature asli dengan menentukan jarak tertentu.
Buffer dapat digunakan untuk feature titik, garis maupun polygon.
Ada banyak wacana yang muncul mengenai Penataan Perijinan di Indonesia. Beberapa inisiatif telah dimunculkan dalam rangka penataan perijinan yang dimaksudkan untuk menata kegiatan pembangunan di Indonesia menuju pembangunan yang efektif, mencapai tujuan ekonomi dan tentunya tujuan pembangunan yang lestari.
Otonomi Daerah di Indonesia diikuti oleh usaha dareha baik Kabupaten maupun provinsi untuk meningkatkan PAD, salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mengundang sebanyak mungkin investasi di daerah melalui pemberian ijin kegiatan. Kebanyakan ijin kemudian diberikan pada kegiatan ektraksi sumberdaya alam seperti pada sektor kehutanan, perkebunan dan pertambangan. Ketiga sektor ini merupakan sektor yang paling banyak berkembang pesat dan kemudian disusul juga dengan berkembangnya permasalahan terkait dengan permasalahan ruang dengan adanya tumpang tindih pemberian ijin kawasan.
Salah satu kunci utama yang harus dilakukan adalah memperkuat basis data spatial di tingkat kabupaten atau provinsi. Faktor kunci ini yang kemudian terlupakan (atau sengaja diabaikan?) yang menyebabkan permasalahan dikemudian hari.
Pengelolaan data spatial di tingkat kabupaten atau provinsi di Indonesia bisa dikatakan sangat lemah. Ada banyak sekali kabupaten dan provinsi yang tidak memiliki kapasitas dalam pengelolaan data spatial. Pengalaman penulis yang telah bekerja di beberapa Kabupaten dan Provinsi menunjukkan bahwa pada lembaga seperti Bappeda di tingkat kabupaten masih terdapat kabupaten yang tidak mampu mengelola data spatial.
Beberapa kebijakan seperti pengerjaan perencanaan pembangunan, penataan ruang, pengelolaan lingkungan, dll yang ada di provinsi dan kabupaten biasanya dilakukan oleh pihak ketiga yang kemudian tidak melakukan proses “sharing knowledge”. Permasalahan lain adalah adanya sistem rolling pada lembaga-lembaga tersebut sehingga pengembangan kapasitas yang sudah dilakukan sebelumnya (misalnya mulai dari program MREP/LREP, pelatihan reguler ke BIG, sampai pelatihan oleh lembaga non pemerintah) tidak berarti karena perpindahan staff dilakukan tanpa adanya ‘handover’ yang baik.
Pengelolaan data spatial di tingkat pusat tentunya sangat baik, lembaga seperti BIG, LAPAN, BPN, Kementrian PU, Kemetrian Kehutanan memiliki kapasitas pengelolaan data spatial yang baik. Tetapi pada tingkat kabupaten dan provinsi kapasitas ini tidak ditemukan. Ada PR besar untuk melakukan pengembangan dan perbaikan di tingkat kabupaten dan provinsi. Beberapa inisiatif sudah dilakukan,misalnya BIG dengan JDSN, OneMap oleh UKP4, tetapi dampaknya masih sangat kecil. Beberapa daerah seperti Aceh mulai melakukan dengan melembagakan Aceh Geodata Center ini dipicu oleh kegiatan rehabilitasi pasca bencana, tetapi bisa menjadi contoh.
Yang terpenting adalah adalah menjebatani gap ini dengan kebijakan yang sifatnya “wajib” dan bukan hanya sebagai aturan yang tidak mengikat.
Pada beberapa daerah yang mulai melakukan kegiatan penataan pengelolaan data spatial kemudian tidak berjalan karena kebijakan yang setengah jalan. Misalnya beberapa provinsi membuat unit pengelola data spatial, tetapi kemudian tidak membuat rencana kerja dan dukungan pendanaan yang jangka panjang. Sementara itu data spatial sifatnya adalah ‘dokumen hidup’ yang terus menerus harus diupdate.
Kembali pada kebijakan penataan perijinan, PR utama yang harus dilakukan adalah pengadaan kapasitas pengelolaan data spatial di tingkat daerah. Tanpa adanya kegiatan ini, maka penataan perijinan tidak akan bisa dilakukan.
Ketika kegiatan-kegiatan terkait dengan perubahan Iklim memperkenalkan konsep LEDS atau low emission development strategy, sebenarnya cukup sulit menggambarkan kegiatan pada tingkat lokal. Bicara pada tingkat implementasi sebenarnya banyak sekali yang bisa dilakukan, pada sektor-sektor energi, sektor kehutanan, dll. Yang sulit justru bagaimana pada tingkat strategi, bagaimana memastikan bahwa LEDS diimplementasikan dan bukan hanya menjadi wacana.
Kemudian ketika membaca artikel OECD mengenai LEDS saya berpikir bahwa kebijakan ini sebenarnya adalah sama dengan RAN GRK. Pada tingkat regional maka ini adalah RAD GRK, dan ini sampai pada tingkat provinsi. Lalu bagaimana dengan kabupaten?
Pada tingkat kabupaten strategi LEDS yang paling mungkin adalah bagaimana mengintegrasikan LEDS dalam perencanaan pembangunan, baik itu tercantum dalam RPJMD, RTRWK atau pada RENSTRA SKPD. Ini adalah satu cara efektif dimana LEDS sudah menjadi bagian dalam perencanaan pembangunan. Menurunkan strategi LEDS bisa dilakukan dengan menguraikan dokumen RAD GRK Provinsi untuk dipilih dan diaplikasikan sesuai dengan kondisi daerah.
I.KEADAAN SOSIAL
1.GEOGRAFIS
Kabupaten Asmat berada di bagian selatan Provinsi Papua dengan luas wilayah 23.746 kilometer persegi dan terletak antara 137o30’”- 139°90’’’ Bujur Timur dan 4°40’- 6°50’ Lintang Selatan. Kabupaten Asmat berbatasan di sebelah utara dengan Kabupaten Jayawijaya dan Yahokimo, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Mappi dan Laut Arafura, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Miimika dan Laut Arafura, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Mappi dan Kabupaten Boven Digoel. Letak yang demikian menempatkan Kabupaten Asmat pada posisi geografis yang sangat strategis karena berada di kawasan rim Pasifik Selatan (Australia dan New Zeland serta negara-negara sirkum Pasifik).
2.TOPOGRAFI
Umumnya berdataran rendah, kemiringan 0-8 persen, pesisir pantai berawa-rawa tergenang air, bagian utara dan timur agak tinggi. Ketinggian air pasang surut 5 – 7 meter, air pasang laut masuk sampai sejauh 50 – 60 kilometer dan beberapa tempat terintrusi air asin/air laut, serta memiliki ketinggian antara 0 – 100 meter di atas permukaan laut. Daerah bergelombang dan berbukit berada di wilayah Distrik Sawaerma sampai ke Distrik Suator. Pada daerah dataran rendah dan berawa dialiri oleh sungai-sungai besar seperti Sungai Weldeman, Siretz, Aswetz, Lorentz dan Bets. Sungai-sungai tersebut memiliki peranan penting bagi kehidupan masyarakat sebagai sarana transportasi, sumber air irigasi, tenaga listrik, air minum serta memiliki potensi perikanan dan pariwisata yang besar.
3.IKLIM
Kabupaten Asmat ber iklim tropis dengan musim kemarau dan penghujan yang tegas. Curah hujan dalam setahun rata-rata 3.000 milimeter hingga 5.000 milimeter dengan hari hujan sekitar 200 hari setahun. Suhu udara rata – rata pada siang hari 26ºC dan pada malam hari 17ºC. Curah hujan tertinggi terjadi di wilayah pedalaman, sedangkan curah hujan terendah terjadi di pesisir pantai selatan tepatnya di Pantai Kasuari. Tingkat kelembaban udara cukup tinggi karena dipengaruhi oleh iklim tropis basah, kelembaban rata-rata berkisar antara 78 persen hingga 81%. Suhu udara rata – rata disiang hari 26ºC hingga 29ºC dan pada malam hari 17ºC – 20ºC.
Perbandingan antara luas wilayah dan jumlah penduduk Kabupaten Asmat saat ini tidak proporsional. Berdasarkan data Asmat dalam Angka Tahun 2003 penduduk Kabupaten Asmat berjumlah 67.613 jiwa, atau mempunyai kepadatan penduduk 2,85 jiwa per kilometer persegi. Penyebaran dan kepadatan penduduk di Kabupaten Asmat tidak merata antara satu distrik dengan distrik lainnya. Distrik Pantai Kasuari adalah distrik dengan jumlah penduduk terbesar, yaitu sebanyak 14.825 jiwa, sedangkan distrik dengan jumlah penduduk terendah adalah Distrik Fayit dengan jumlah penduduk sebanyak 5.549 jiwa (Asmat Dalam Angka Tahun 2003).
Berdasarkan struktur umur, pada tahun 2003 jumlah usia produktif penduduk Kabupaten Asmat (usia 15 – 64 tahun) sebesar 39.615 jiwa, yaitu sekitar 58.59 persen dari total 67.613 jiwa dari jumlah penduduk Kabupaten Asmat. Namun potensi penduduk di usia produktif ini tidak didukung oleh kualitas pendidikan yang memadai yang berguna bagi produktivitas dan kinerja di segala bidang dan sektor pembangunan. Jumlah penduduk yang berada pada usia produktif sebagian besar berpendidikan sekolah dasar atau belum tamat sekolah dasar.
5.PENDIDIKAN
Pembangunan pendidikan belum menunjukkan kemajuan yang berarti ditandai dengan Angka Partisipasi Murni Sekolah Dasar (SD) sebesar 32.68 persen pada tahun 2003. Angka Partisipasi Murni Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebesar 15,98 persen pada Tahun 2003. Sedangkan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebesar 1.78 persen pada tahun 2003. Sedangkan kemajuan pembangunan prasarana pendidikan telah memberikan gambaran tentang kondisi kependidikan di Kabupaten Asmat yang semakin membaik, dimana pada tahun 2003 jumlah Sekolah Dasar dan SLTP yang merupakan pendidikan dasar sembilan tahun, yang telah dibangun mencapai 105 SD dan 8 SLTP serta jumlah Sekolah Menengah Umum hanya 1 SMU.
Sementara jumlah murid ditingkat SD pada tahun 2003 berjumlah 7.955 murid dengan didukung jumlah tenaga pengajar sebanyak 352 Guru, sehingga rata-rata perbandingan murid dan guru sebesar 37 dan murid per sekolah 143. Untuk SLTP jumlah murid sebanyak 2.051 murid dengan didukung tenaga pengajar 71 guru, sehingga rasio antara murid dan guru di tingkat SLTP sebesar 37,5 dan rasio jumlah murid dan sekolah sebesar 420.
Sedangkan untuk tingkat SLTA jumlah murid sebanyak 218 dan jumlah guru sebanyak 16, sehingga rasio antara murid dan guru sebesar 14 dan perbandingan antara murid dan sekolah sebesar 218. Angka rasio antara murid dan guru, murid dan sekolah menunjukkan angka perbandingan yang cukup besar, sehingga terlihat kekurangan pelayanan pendidikan khususnya dalam jumlah guru dan sekolah.
6.KESEHATAN
Perkembangan pelayanan kesehatan di Kabupaten Asmat yang ditunjukkan dengan jumlah prasarana pelayanan di bidang kesehatan kurang menunjukkan peningkatan yang berarti. Sampai dengan tahun 2003 Kabupaten Asmat belum memiliki Rumah Sakit, hanya memiliki Puskemas Perawatan sebanyak 5 buah dan Puskesmas Pembantu sebanyak 21 buah dan jumlah Polides sebanyak 15 buah kemudian pelayanan kesehatan di daerah – daerah perairan sungai ditunjang dengan sarana Puskesmas Keliling.
Tenaga medis untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sampai dengan tahun 2003 berjumlah 6 orang tenaga dokter umum. Sedangkan jumlah paramedis sebanyak 95 bidan dan 129 perawat. Jumlah paramedis masih berada dibawah rata-rata tingkat kebutuhan masyarakat. Sampai tahun 2003, sebagian besar masyarakat masih menderita penyakit malaria, diare, kulit, asma, saluran pernapasan dan cacar air.
Dengan rincian jumlah penderita untuk penyakit malaria sebanyak 15.309 orang, penyakit diare sebanyak 8.026 orang, penyakit kulit sebanyak 6.260 orang, penyakit asma 3.013 orang, penyakit saluran pernapasan 8.209 orang dan penyakit cacar air 271 orang. Di bidang Keluarga Berencana, banyaknya akseptor aktif pada akhir tahun 2003 mencapai 1.940 pasangan, sedangkan akseptor baru berjumlah 201 pasangan. Sampai dengan saat ini kondisi pelayanan kesehatan di Kabupaten Asmat masih belum memadai karena keterbatasan jumlah tenaga medis dan para medis serta prasarana dan sarana pendukung pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.
Pembangunan kesejahteraan sosial telah menunjukan hasil-hasil positif berupa pembinaan masyarakat terasing/komunitas adat terpencil, utamanya di daerah pedalaman dan terpencil dan tertanganinya rehabilitasi korban bencana alam. Namun tingkat pelayanan yang diberikan oleh pemerintah masih sangat terbatas karena kesulitan di dalam berbagai hal, antara lain : jangkauan wilayah pelayanan yang terlalu luas, terbatasnya prasarana pendukung, dan terbatasnya biaya operasional.
7.POTENSI WILAYAH
Kabupaten Asmat merupakan kabupaten yang memiliki SDA yang besar dan beraneka ragam baik yang terdapat di darat, laut. Mengingat potensi SDA sebagai salah satu modal dalam pembangunan maka pemanfaatannya dan pengelolaannya hendaknya dilakukan secara optimal, arif, dan memperhatikan keseimbangan ekologi.
7.1.Sumberdaya Hutan.
Sumber daya hutan termasuk potensial bagi pembangunan perekonomian daerah. Potensi sumberdaya hutan di Kabupaten Asmat adalah 2.785.600 Ha. Kabupaten Asmat juga memiliki hutan dengan fungsi sebagai hutan lindung, hutan wisata, hutan pelestarian alam (Taman Nasional Lorentz), dan hutan produksi (hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas, produksi yang dikonversi).,
Sumber daya hutan termasuk potensial bagi pembangunan perekonomian daerah. Sumberdaya hutan merupakan sumberdaya terbesar yaitu hutan lindung 149.400 ha, hutan PPA 4866.200, hutan produksi 1.464.000 dan hutan produksi yang dapat dikonversi 686.000 ha. Di samping itu, Kabupaten Asmat juga memiliki tipe hutan yang sangat khas dan sangat lengkap antara lain hutan payau, pantai, rawa/gambut, hujan tropis tanah kering dan basah, hutan musim, hutan sagu, nipa, fungsi dan tipe hutan tersebut memiliki komoditi yaitu kayu dan non kayu, satwa liar dan berbagai ragam biota yang ada didalamnya. Apabila dilihat dari aspek jasa hutan, maka merupakan sarana pendukung lingkungan hidup yang sangat penting dan utama.
Sumberdaya Air
Sumberdaya air merupakan kebutuhan dasar semua mahluk hidup. Mengingat arti pentingnya sumberdaya air maka sumberdaya ini sangat perlu dilestarikan, baik air permukaan maupun air tanah. Sumberdaya air untuk kebutuhan air irigasi dan air bersih di Kabupaten Asmat sangat terbatas. Hal ini sangat dirasakan oleh masyarakat terutama pada musim kemarau panjang. Dimasa mendatang sungai Wedelman dapat dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi.
7.3. Sumberdaya Pesisir dan Kelautan
Kabupaten Asmat memiliki potensi perairan yang sangat besar seperti perikanan, mangrove, tambang minyak lepas pantai yang belum dieksploitasi.Pembangunan wilayah pesisir dan lautan Kabupaten Asmat merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan sumberdaya yang lain baik yang terdapat di darat maupun di laut dan tetap menjaga kelestariannya. Pengelolaan wilayah pesisir dan lautan dilaksanakan secara kontinyu dan dinamis dengan memperhatikan aspek sosial budaya, ekonomi, konservasi, kelembagaan formal maupun informal yang ada pada masyarakat. Kondisi potensi sumberdaya alam pesisir dan lautan Kabupaten Asmat cukup bervariasi, baik yang masih dalam keadaan baik maupun yang sudah terdegradasi serta adanya konflik kepentingan dalam pengelolaan wilayah pesisir dan lautan. Terjadi pengrusakan lingkungan laut akibat eksploitasi hasil laut secara ilegal.
II. KEADAAN EKONOMI
Kondisi umum pembangunan ekonomi di Kabupaten Asmat memperlihatkan suatu kecenderungan kearah kemajuan yang terlihat dari pertumbuhan peningkatan perekonomian kerakyatan dari waktu ke waktu dan dapat diindikasikan oleh empat aspek yakni perkembangan PDRB, sektor keuangan daerah, sektor perbankan, dan perkembangan harga-harga.
Perkembangan PDRB
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Asmat pada tahun 2003 mencapai 1,95%. Secara umum sektor-sektor ekonomi mengalami kenaikan laju pertumbuhan kecuali sektor pertanian, yang mengalami laju pertumbuhan sebesar negatif 0,10%.
Sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan paling tinggi pada tahun 2003 adalah sektor angkutan dan komunikasi dengan angka pertumbuhan tercatat 24,23%, peringkat lainnya adalah sektor listrik dan air bersih mencapai 16,46%, sedangkan sektor perdagangan, hotel dan restoran berada pada posisi ketiga dengan angka pertumbuhan sebesar 8,95%.
Pada tahun 2003 kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB mencapai 67,53% dan pada tahun 1999 sebesar 72,96%. Posisi kedua adalah sektor jasa-jasa yang pada tahun 2003 kontribusinya tercatat 15,27%, sedangkan pada tahun 1999 tercatat 14,40%. Besarnya kontribusi pada sektor-sektor jasa berasal dari sub sektor jasa pemerintahan umum, bukan berasal dari subsektor jasa-jasa lainnya. Peringkat ketiga ditempati oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan peranan pada tahun 1999 sebesar 3,68% dan tahun 2003 meningkat menjadi 6,10%
Perdagangan, Dunia Usaha, dan Investasi
Kegiatan perdagangan di Kabupaten Asmat telah berkembang pesat sejalan dengan semakin tumbuhnya kegiatan perusahaan seperti kehutanan, perikanan, perindustrian. Pembangunan industri masih didominasi oleh industri rumah tangga, kerajinan ukiran Asmat dan industri. Belum berkembangnya sektor industri sebagai akibat belum adanya pusat-pusat pendidikan dan pelatihan, demikian pula dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Daerah. Pembangunan koperasi belum berkembang seperti yang diharapkan. Hal ini disebabkan antara lain karena pembinaan yang dilakukan belum disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan masyarakat di daerah, lemahnya kemampuan manajemen dan permodalan serta masih terbatasnya ketersediaan prasarana dan sarana koperasi terutama di perdesaan.Pembangunan perdagangan masih didominasi oleh perdagangan dalam negeri yang terkonsentrasi di perkotaan dan masih didominasi oleh kelompok masyarakat pendatang yang jauh lebih siap dan maju. Belum berkembangnya pembangunan perdagangan antara lain karena belum memadainya prasarana dan sarana perdagangan seperti jalan, alat angkutan, pasar, pembinaan manajemen dan kelembagaan. Untuk perdagangan luar negeri masih didominasi produksi hasil kehutanan dan perikanan.Pembangunan dunia usaha belum berkembang baik, hal ini disebabkan karena kemampuan masyarakat dalam dunia usaha masih terbatas dan masih kurangnya pembinaan manajemen dan permodalan serta terbatasnya prasarana dan sarana demikian pula dengan peluang dan kesempatan yang terbatas.Perkembangan kelembagaan keuangan masih didominasi oleh lembaga keuangan pemerintah dan swasta, sedangkan lembaga keuangan masyarakat masih sangat terbatas, untuk Kabupaten Asmat masih hanya dua Bank yakni Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan Bank Rakyat Indonesia, kedua Bank tersebut masih bersifat perwakilan, kondisi ini sangat memprihatinkan sirkulasi peredaran uang di wilayah distrik dan desa. Selain itu karena masih terbatasnya ketersediaan tenaga kerja yang siap pakai, dan masih rendahnya frekuensi promosi potensi Kabupaten Asmat baik antar wilayah distrik antar daerah, antar wilayah didalam negeri dan keluar negeri. Demikian pula belum optimalnya kerjasama sub-regional dan regional yang melibatkan dunia usaha.
Prasarana dan sarana memegang peranan dalam mendukung pengembangan wilayah, seperti perhubungan, air bersih, listrik dan sebagainya. Prasarana dan sarana yang dibangun masih dirasakan belum dapat memenuhi kebutuhan minimum masyarakat, terutama yang ada pada daerah terpencil, pedalaman. Dilakukan penyedian prasarana dan sarana baik perkotaan maupun pada daerah pedalaman terpencil. Untuk prasarana dan sarana transportasi diprioritaskan mendukung pengembangan antar wilayah, antar distrik dengan model transportasi terpadu yang dapat melayani permintaan kebutuhan pelayanan.
Pembangunan jalan desa untuk menghubungkan antar desa, antar desa dengan distrik, jaringan jalan lokal dan jaringan jalan utama yang ada, akan diupayakan untuk pengembangan jenis transportasi yang sesuai karakteristik dan kondisi topografi serta ketersediaan material pembangunan jalan di masing-masing distrik, misalnya kereta api. Pembangunan transportasi selama ini masih diutamakan untuk lebih mendorong munculnya akivitas ekonomi dan meningkatnya pelayanan sosial masyarakat terutama pada daerah pedalaman, terpencil, sehingga kedepan dalam mendukung pengembangan wilayah sejalan dengan pelaksanan otonomi.
Pembangunan jaringan baru diarahkan untuk mendukung pengembangan wilayah, perlu juga peningkatan struktur serta kapasitas jalan yang sudah ada sesuai dengan pertumbuhan frekwensi pergerakan lalu lintas yang terjadi. Langkah lain yang akan dilakukan ke depan adalah menserasikan hubungan antar jaringan lokal dengan jaringan jalan utama sehingga tercipta suatu sistem jaringan yang berdaya guna.Transportasi laut melalui penyediaan prasarana dan sarana untuk meningkatkan pelayanan yaitu pembangunan dermaga dan fasilitas pendukung, peningkatan frekuensi pelayanan antar distrik dan keluar daerah Kabupaten Asmat dengan kapal cepat, peningkatan pelayanan angkutan perintis. Prioritas pembangunan dermaga yaitu dermaga Agats sehingga dapat melayani pelayaran internasional melalui laut dalam menghadapi pasar bebas. Hasil pembangunan transportasi laut sampai dengan akhir tahun 2003 masih dirasakan kurang memberikan manfaat pelayanan minimal bagi upaya mendukung peningkatan pendapatan masyarakat lokal, terutama bagi masyarakat yang ada di daerah terpencil, pesisir pantai karena luasnya wilayah pelayanan dan sarana yang sangat terbatas. Hal ini disebabkan pendekatan pembangunan transportasi laut dilakukan dalam skala kecil dan sporadis, dan lambatnya pertumbuhan ekonomi pada berbagai tingkatan yang akan menjadi pendorong pertumbuhan hubungan sektor laut.
Pengembangan transportasi udara dilakukan peningkatan bandara Ewer-Agats, dengan kapasitas jenis pesawat Twin Otter sedangkan penerbangan Perintis, kondisi pesawat pada umumnya sudah tua dan kondisi medan yang sangat berat serta keadaan cuaca yang selalu berubah-ubah menyebabkan sering tertundanya penerbangan. Jangkauan pelayanan pos, telekomunikasi dan informasi, belum mencapai seluruh wilayah kecamatan dan pusat pemukiman, disebabkan luasnya pelayanan dan terbatasnya prasarana dan sarana, sedangkan pembangunan meteorologi dan geofisika masih kurang memberikan informasi bagi keselamatan transportasi dan pengembangan kegiatan produksi, disebabkan terbatasnya prasarana dan sarana.
Klik link berikut untuk PP no 8 tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang:
PP Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang
LAMPIRAN PP Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang
Enjoy
Buat beberapa orang berbagi data mungkin masih bukan merupakan kebiasaan. Padahal dalam banyak kejadian, kemauan untuk berbagi data menjadi awal munculnya sesuatu yang lebih bagus.
Dalam beberapa waktu terakhir saya mengikuti beberapa kegiatan, dimana salah satu hal yang menyebabkan output yang buruk dari kegiatan tersebut adalah kekurangan data atau tidak tersedianya data. Jika ditelusuri lebih jauh ternyata data tersebut ada dan permasalahannya adalah data tersebut tidak di sharing oleh pemilik datanya.
Bagaimana dengan data GIS?
Data GIS masih menjadi komoditi untuk sebagian orang atau lembaga, karena itu data ini cenderung beredar dalam kalangan terbatas dengan juga. Seringkali data-data GIS dalam format digital tidak diperkenankan untuk di share ke publik meskipun ketika dilihat data tersebut sebenarnya adalah data general yang
Perkembangannya memang mengarah pada semakin terbukanya data-data GIS. Beberapa perusahaan misalnya telah merilis data yang bisa diakses oleh banyak orang secara free untuk data global. Misalnya ESRI sudah merilis data global yang bisa diakses, kemudian ada Google, OpenMaps, dll. Demikian pula dengan data citra yang sudah banyak tersedia online.
Saya membaca satu artikel bagus mengenai GIS job dimana untuk menjadi konsultan yang baik yang dijual bukan GIS tetapi isi kepala dari yang menggunakan GIS.
Sama dengan data GIS, mulai sekarang jangan ragu untuk berbagi data GIS dan kita harus mulai menjual isi kepala berupa konsep dan kemampuan melakukan analisis dari data tersebut. Data bisa berbagi via web, data-data kecil dalam format shapefile bisa di zip kemudian di uplaod.
Contgohnya menggunakan dropbox bisa dilakukan untuk mensharing data spatial Iklim Papua. Data bisa di dowwload dengan mengklik link berikut:
Presentation Adaptasi Mitigasi Perubahan Iklim Mimika_FINAL version
Perubahan iklim adalah perubahan yang signifikan dalam pengukuran iklim seperti temperatur, hujan, angin) yang terjadi dalam periode yang lama seperti 10 tahun atau lebih.
United Nations Forum Convention on Climate Change (UNFCCC) mendefinisikan Perubahan Iklim sebagai perubahan dalam iklim yang disebabkan oleh langsung atau tidak langsung dari kegiatan manusia yang mengubah komposisi dari atmosfir global.
“Warming of the climate system is unequivocal, as is now evident from observations of increases in global average air and ocean temperatures, widespread melting of snow and ice, and rising global average sea level” (IPCC Fourth Assessment Report, 2007).
“ Most of the observed increase in global average temperatures since the mid 20th century is very likely due to observed increases in anthropogenic greenhouse gas concentrations” (IPCC, 2007)