Perkembangan Data Spatial


Membaca Geospatial World tentang kemajuan ekonomi Cina yang menjadi kedua terbesar di dunia dan tentunya kemajuan dibidang pendataan spatial yang disebutkan mencapai 25 persen pertahun membuat saya takjub dan berpikir mengapa perkembangan data spatial di Indonesia seperti berjalan ditempat.
Pendataan spatial yang dilakukan di Cina menjadi dasar dalam pembangunan, mulai dari pembangunan infrastruktur, pembangunan pertanian, pemanfaatan sumberdaya alam.

Kondisi cina dengan daratan yang luas bisa dikatakan dipetakan secara utuh dengan menggunakan resources yang besar. Disebutkan misalnya perencanaan kawasan pertanian dilakukan dengan mendata keseluruhan informasi spatial secara lengkap sebelum implementasi pertanian dilakukan. Hasilnya bisa dilihat bahwa hasil pertanian yang maksimal.
Beberapa tahun yang lalu saya harus bolak-balik Jakarta – Bandung dan pilihan yang paling saya suka adalah kereta, karena melewati jalur mulai dari kota, dan persawahan serta pemandangan perbukitan yang indah saat mulai memasuki purwakarta. Hanya dua tahun saja saya melihat penyusutan lahan padi di wilayah kawarang yang berubah menjadi perumahan atau pabrik. Kebijakan pertanian Indonesia bisa dibilang sangat tidak bijak dengan membiarkan perubahan fungsi lahan pertanian dan menjadikan wilayah non produktif seperti lahan gambut atau rawa sebagai kawasan pertanian.
Seandainya perkembangan data spatial dilakukan dengan baik misalnya memetakan aspek-aspek:
– ketersediaan lahan
– ketersediaan air
– tingkat kesuburan
– tingkat kesesuaian tanaman
– aksesibilitas dan pasar

Dengan menyediakan data tersebut secara spatial, tentunya kebijkan pembangunan pertanian tidak akan dilakukan dengan sembarangan dan menghasilkan ketergantungan pangan pada negara lain.

Data spatial seperti halnya, data-data lain disemua sektor pembangunan tampaknya harus terus menerus diadvokasi untuk dijadikan prioritas untuk dibangun sebelum perencanaan dilakukan, sesudah perencanaan data spatial harus terus dibangun agar tetap menkadi dasar dalam implementasi pembangunan.

fifth e-bulletin from the ICT4D programme


FYI… from PPGIS

We are pleased to attach the fifth e-bulletin from the ICT4D programme which focuses on forestswhich is one of the themes of our research programme. Our e-bulletin is issued every 3 months, aimed at updating readers on an IDRC-funded pan-African research programme looking at Participatory-GIS and food security in Africa, and is edited by team members from Enda Lead Africa.

 Just to remind you, it’s a 3 year programme implemented in a number of African countries and looking at P-GIS in:

·         Water resources management, Benin

·         Community management of forests, Kenya and Rwanda; 

·         Adaptation to the effects of climate change, Malawi;

·         Land management, Senegal;

·         Management of traditional knowledge in the field of irrigation, Tunisia.

 Kindly distribute within your networks and pass on to us any contact details for interested persons and institutions.

 Many thanks,

 The coordination team

ICT4D programme


WaterWiki


Baru saja dapat informasi mengenai WaterWiki, seperti wiki wiki yang lain, yang memungkinkan profesional dibidang water bisa mendapatkan informasi dan juga berbagi mengenai pengelolaan air atau hal lain dibidang “air”.

Bisal follow link berikut: http://waterwiki.net

Nah buat geograf misalnya ada juga beberapa link ke peta-peta, termasuk peta-peta daerah aliran sungai/DAS bahkan ada peta-peta landcover.

http://waterwiki.net/index.php/Category:Map

Juga bisa di browse lagi ke sumber data aslinya: http://ocid.nacse.org/tfdd/index.php

sumber: http://ocid.nacse.org/tfdd/index.php

Web ini berisi data spatial seluruh dunia.

So cekidot dan selamat membaca.

Gempa dan Tsunami Jepang


Gempa Jepang yang terjadi tanggal 11 Maret 2011 merupakan gempa terbesar yang terjadi di Jepang selama 1000 tahun dan diikuti oleh terjadinya gelombang pasang Tsunami yang merusak wilayah bagian utara Jepang sepanjang pesisir.

Jepang dan beberapa negara lain di pasifik termasuk Indonesia merupakan wilayah yang masuk dalam jalur Pacific Ring of Fire yang merupakan jalur volkanik dan gempa bumi sepanjang 40.000 km berbentuk seperti tapal kuda.

Peta Jalur Ring of Fire, sumber wikipedia

USGS merilis bahwa gempa tersebut memiliki kekuatan 8.9 M sekala richter, dengan kedalaman pusat gempa 24,4 km. Letaknya sendiri di koordinat  38.322° lintang utara dan 142.369° bujur timur atau 130 km dari kota Sendai.

Magnitude 8.9
Date-Time
Location 38.322°N, 142.369°E
Depth 24.4 km (15.2 miles) set by location program
Region NEAR THE EAST COAST OF HONSHU, JAPAN
Distances 130 km (80 miles) E of Sendai, Honshu, Japan
178 km (110 miles) E of Yamagata, Honshu, Japan
178 km (110 miles) ENE of Fukushima, Honshu, Japan
373 km (231 miles) NE of TOKYO, Japan
Location Uncertainty horizontal +/- 13.5 km (8.4 miles); depth fixed by location program
Parameters NST=350, Nph=351, Dmin=416.3 km, Rmss=1.46 sec, Gp= 29°,
M-type=”moment” magnitude from initial P wave (tsuboi method) (Mi/Mwp), Version=A
Source
  • USGS NEIC (WDCS-D)
Event ID usc0001xgp

Lokasi gempa dapat dilihat dalam peta berikut:



Sumber: USGS
sumber USGS

Pemerintah Jepang meralat kekuatan gempa yang diperkirakan mencapai magnitude 9 SR. Seorang ahli di Jepang yaitu Professor Yugi Yaji dari Universitas Tsukuba berpendapat, gempa yang diberi nama resmi gempa Tohoku-Chiho Taiheiyo-Oki terjadi akibat pergerakan di beberapa area sekitar sumber energi gempa (focal point) secara bersama-sama. Menurutnya, hal tersebut yang mungkin bisa menimbulkan kekuatan gempa yang hanya bisa terjadi tiap sekitar 1.000 tahun sekali. Dan Takashi Furumura, profesor dari Universitas Tokyo, mengatakan, gempa Jumat kemarin bisa jadi gempa maksimum yang mengguncang Jepang. Gempa tersebut mungkin didorong gempa bermagnitude 7,2 yang mengguncang Miyagi Agustus 2005 lalu. Sebab berdekatan dengan pusat gempa tersebut adalah pusat gempa Miyagi. (Kompas.com).

Kekuatan gempa yang besar ini menyebabkan pergeseran sumbu rotasi bumi sebesar 25 cm seperti dilansir oleh BMKG Italia dan menyebabkan percepatan rotasi bumi 18 mikrodetik.

Tsunami

Pusat gempa yang terletak dilaut menyebabkan terjadinya gelombang Tsunami yang merusak wilayah wilayah pantai di sekitar pusat gempa. Kerusakan tsunami dan gempa merusak bangunan dan merusak wilayah pantai dengan gelombang laut yag masuk ke darat sampai puluhan km. Perkiraan dari Jefferies International Ltd menyebutkan, kerugian akibat guncangan gempa dan tsunami yang melanda Jepang pada hari Jumat lalu mencapai sekitar 10 miliar dollar AS atau Rp 87 triliun (kompas.com). Kerusakan yang paling parah adalah di propinsi Miyagi, video NHK memperlihatkan arus gelombang tsunami meruntuhkan bangunan  rumah dan juga menghempas perahu dan mobil layaknya mainan. Tsunami merusak dengan 2 cara yaitu melalui kekuatan gelombangnya yang memiliki kekuatan dan kecepatan besar dan yang kedua yaitu dengan masa air yang menggenangi wilayah tersebut. Diperkirakan kekuatan gelombang laut bisa mencapai 800 km perjam. Peristiwa yang sama dapat dilihat dalam kejadian tsunami yang terjadi di Aceh.

Tsunami sendiri berasal dari bahasa Jepang  津波, yang arti harfiahnya sama dengan gelombang pelabuhan “harbor wave” atau merupakan serangkaian gelombang pasang karena perpindahan volume air  yang besar diakibatkan oleh gempa atau letusan gunung. Di Jepang telah dicatat sekitar 196 kejadian tsunami dan yang pertama kali tercatat adalah tahun 1498 terjadi pada 20 September 1498 dengan sumber dari wilayah Laut Enshunada. Tsunami terjadi akibat gempa 8,3 magnitude. Sebanyak 31.000 orang tewas dalam bencana alam ini, disertai rusak parahnya 1.000 rumah di wilayah sekitar.

Tsumani yang terjadi pada gempa 11 Maret 2011 di Jepang  menyebabkan kerusakan yang sangat parah di wilayah pantai di Jepang. Hampir sama dengan kejadian di Aceh, jumlah korban jiwa akibat tsunami akan lebih besar daripada kejadian gempa tersebut.

Aspek Geografi dalam Perubahan Iklim dan Ketahanan Pangan


Belajar lagi mengenai perubahan iklim membuat saya kembali ke 20 tahun yang lalu saat belajar meteorolgi dan klimatologi di kampus.

Perubahan iklim menurut wikipedia dapat diterjemahkan sebagai perubahan dalam jagka waktu lama dalam distribusi statistik dari pola cuaca menurut periode waktu mulai dari ratusan tahun hingga jutaan  tahun.

Climate change is a long-term change in the statistical distribution of weather patterns over periods of time that range from decades to millions of years. It may be a change in the average weather conditions or a change in the distribution of weather events with respect to an average, for example, greater or fewer extreme weather events. Climate change may be limited to a specific region, or may occur across the whole Earth.

Perubahan iklim di Indonesia bisa dibaca dalam web: http://iklim.dirgantara-lapan.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=85&Itemid=78.

Pertanian pada lereng terjal di Distrik Ninia, Kabupaten Yahukimo

Perubahan iklim ini dijelaskan lebih detail lagi menyebabkan terjadinya pemanasan global, perubahan iklim.

Ketahanan pangan dapat di terjemahkan sebagai kondisi dimana semua orang setiap saat mendapatkan akses fisik, sosial dan ekonomi pada makanan yang cukup, aman dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan makanan hariannya dan makanan untuk menunjang kegiatan dan kesehatan.

Food security is defined as a ‘situation […] when all people, at all times, have physical, social and economic access to sufficient, safe, and nutritious food that meets their dietary needs and food preferences for an active and healthy life’ (FAO, 2002). Food security is not narrowly defined as whether food is available, but whether the monetary and non-monetary resources at the disposal of the population are sufficient to allow everyone access to adequate quantities and qualities of food (Schmidhuber and Tubiello, dalam Ludi 2009).

Hubungan antara Perubahan Iklim dan Ketahanan Pangan

Perubahan iklim berpengaruh pada ketahanan pangan baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung misalnya dengan perubahan iklim maka akan terjadi perubahan kapan turunnya  hujan, lamanya musim tanam, banjir, kekeringan, dll. Sementara secara tidak langsung akan berpengaruh terhadapat perubahan harga karena stok yang berkurang, pengaruh ke distribusi makanan, dll. Sebagai contoh di beberapa wilayah Indonesia seperti NTT atau NTB, pengaruh datangnya musim kering yang berubah ternyata berpengaruh besar pada produksi pertanian yang ada, demikian juga dengan beberapa wilayah lain di Jawa, dimana musim hujan yang extrem menyebabkan areal padi menjadi puso / gagal panen. Pada wilayah pesisir perubahan iklim berpengaruh pada saat turun ke laut yang terbatas karena besarnya gelombang yang menyebabkan hasil tangkapan ikan dan hasil laut lainnya menjadi lebih sedikit.

Pemerintah pada dasarnya sudah menyadari bahwa aspek perubahan iklim dan ketahanan pangan akan saling berkaitan dengan jelas. Presiden SBY misalnya dalam penyerahan penghargaan di bulan desember 2010 menyebutkan pentingnya ketahanan pangan dalam kaitan dengan perubahan iklim. Sementara itu dalam kegiatan di panen raya di Jawa Barat september 2010 misalnya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa bersama-sama dengan Menteri Pertanian Suswono, Menteri BUMN Mustafa Abubakar, dan beberapa pejabat lain menyadari bahwa aspke perubahan iklim mempengaruhi ketahanan pangan. Darwin 2001, menyebutkan bahwa kebijakan jangka panjang sangat dibutuhkan dalam kaitan dengan perubahan iklim dan inni membutuhkan informasi yang akurat mengenai dampak ekonomi akibat dari perubahan ikllim. Long-term policy responses require accurate informationabout the economic impacts of future climatic conditions. Despite recent advances in analyzing the economic effectsof global warming, information about climate change andfood security in developing countries remains extremelylimited. Specific details are lacking about the location, timing,magnitude, and probability with which food securityissues might arise. ERS will continue to conduct economicresearch that helps to assess the effectiveness of publicpolicies for responding to global warming.

Pada tingkat dibawahnya harus dilakukan advokasi kembali untuk meningkatkan awareness mengenai pentinya daerah melakukan antisipasi adanya perubahan iklim terhadap ketahanan pangan.

Aspek Geografi

Tentu saja aspek iklim dan cuaca terkait dengan segala fenomena yang terjadi dalam kaitan ruang, ini menjadikan pengetahuan geografi menjadi sangat penting dalam perencanaan kegiatan antisipasi ketahanan pangan dalam menghadapi perubahan iklim. Diteliti lebih dalam lagi bahwa perubahan iklim terkait erat dengan beberapa aspek, misalnya terjadinya bencana alam seperti banjir dan longsor melibatkan aspek keruangan yang sangat jelas. Peran ilmu geografi sangat diperlukan untuk mampu memetakan wilayah-wilayah dengan kondisi fisiknya seperti kelerengan, iklim, penggunaan tanah. Sesudah itu dapat dilakukan analisis geografi yang lebih mendalam dengan membuat analisis mengenai dampak dari perubahan iklim, aktifitas manusia dalam mengelola lingkungan, dll. Outputnya dapat digunakan dalam pengambilan keputusan terkait dengan strategi dalam menjamin adanya ketahanan pangan bagi masyarakat.

Bahan bacaan:

1. Ludy, Eva. Climate change, water and food security, ODI, March 2009

2.  Darwin, Roy. Climate Change and Food Security. 2001

3.Gregory, dkk, Climate Change and Food Security, Oct 2005  http://rstb.royalsocietypublishing.org/content/360/1463/2139.full.html#related-urls

4.  http://iklim.dirgantara-lapan.or.id/index.php

Landscape Conservation


Mungkin ini bukan istilah yang sering ditemui dalam tulisan-tulisan mengenai perencanaan pembangunan, tetapi sebenarnya istilah ini sudah diaplikasikan meskipun belum secara terintegrasi.

Saya pertama kali mendengar istilah ini tahun 2002 ketika tim dari WWF Amerika memperkenalkan konsep perencanaan wilayah dengan pendekatan ekologi. Bahkan saya menerima on job training dari ahlinya langsung, ada 2 orang yang saya ingat yaitu J. Morisson yang khusus datang ke Papua untuk memberikan training. Bersama J. Morisson kemudian saya ikut berangkat ke PNG untuk melakukan training yang lain. Menjadi perjalanan yang menarik karena selain mengikuti pertemuan  ecoregion, saya juga diminta menjadi trainer GIS buat partner WWF di PNG.

Saya melakukan pendataan dan analisis ecoregion di dua wilaah yaitu di wilayah vogelkop atau Kepala Burung di Papua Barat dan di wilayah Merauke/Wasur.  Lihat link berikut untuk pendekatan ecoregion.

http://www.worldwildlife.org/science/ecoregions/delineation.html

Landscape conservation dengan ecoregion pada dasarnya adalah pendekatan untuk mendelineasi kawasan penting konservasi berdasarkan representasi kawasan ekologi. Kawasan ekologi ini didelineasi menggunakan data-data geografi seperti ketinggian, vegetasi, iklim.

Ecoregion Dunia (diunduh dari http://www.conserveonline.org)

Istilah lain yang yang sering digunakan dalam kaitan dengan landscape conservation adalah bioregion. Diartikan sebagai:

Bioregion adalah kawasan atau wilayah geografis yang relatif luas dan memiliki bentang alam serta kekayaan jenis keanekaragaman hayati yang tinggi dimana proses lingkungan alaminya mempengaruhi fungsi-fungsi ekosistem didalamnya.

Bioregion terkait dengan sistem bentang alam, karateristik resapan air, bentukan lahan, spesies tumbuhan dan satwa fan budaya manusia.

Sementara penggunannya dikenal dengan bioregionalism wikipedia menuliskan: Bioregionalism is a political, cultural, and environmental system or set of views based on naturally-defined areas called bioregions, or ecoregions. Bioregions are defined through physical and environmental features, including watershed boundaries and soil and terrain characteristics. Bioregionalism stresses that the determination of a bioregion is also a cultural phenomenon, and emphasizes local populations, knowledge, and solutions.[1]

Konsep bioregion dan ecoregion dalam perencanaan sebenarnya sudah diadvokasi oleh beberapa lembaga swadaya masyarakat dibidang konservasi kepada pemerintah. Yang menjadi masalah adalah advokasi di tingkat nasional dan beberapa di tingkat propinsi tidak sampai ke kabupaten yang dengan otonominya membuat perencanaan wilayah sesuai dengan keinginannya sendiri. Yang terjadi adalah kesimpang siuran pengaturan kawasan lindung dan kawasan budidaya ketika dicoba dimozaik pada tingkat propinsi.  Karena fungsi kawasan secara ekologi tidak dipisahkan oleh batas administrasi.

Landscape planning yang saya pelajari mengharuskan konservasi wilayah di setiap kawasan ekologi dengan mendelineasi kawasan konservasi setidaknya 20 persen wilayah. Konservasi ini tentunya dengan berbagai jenis, mulai dari kawasan lindung sampai kawasan pemanfaatan terbatas.

Perencanaan Wilayah dan Konservasi

Pada banyak wilayah Indonesia kawasan konservasi masih merupakan perdebatan yang tidak ada habis-habisnya. UU Penataan Ruang menetapkan bahwa di setiap wilayah harus ditentukan kawasan lindung dan kawasan budidaya. Bagaimana kawasan lindung dan kawasan budidaya didelineasi di lapangan masih menjadi perdebatan yang belum selesai. Dalam banyak penentuan kawasan lindung misalnya masih banyak  perencana daerah yang masih menggunakan dasar teknis seperti bahwa kawasan lindung adalah kawasan dengan lereng lebih dari 40%, rentan terhadap longsor atau banjir, dll. Yang terjadi adalah kawasan lindung hanya didelineasi pada kawasan pegunungan, sementara kawasan dataran rendah dikonversi menjadi kawasan budidaya seluruhnya. Padahal dalam banyak kasus penentuan kawasan lindung harusnya lebih detail lagi dengan melihat keterwakilan ecologi. Intinya adalah semua kawasan harus dilindungi karena semua kawasan memiliki fungsi ekologi yang tidak tergantikan.

Jadi kalau ada ide memindahkan kawasan lindung ke wilayah lain karena ingin digunakan sebagai kawasan budidaya, merupakan ide yang sangat tidak pintar. Jakarta pernah melalukannya dengan memindahkan kawasan konservasi di wilayah utara ke kawasan yang mendekati wilayah Tanggerang dan kita bisa lihat akibatnya ketika musim hujan dengan banjir.

Saya ingin menulis lebih banyak, tapi harus buka-buka lagi semua literatur.

Ke Wamena: Bakar Batu, Honai dan Mumi


Banyak yang mengatakan bahwa kalau belum mengunjungi Wamena, maka belum mengunjungi Papua. Beberapa kali mengunjungi Wamena, tapi kali ini jadi momen bagus untuk ambil foto sebanyak-banyaknya karena pas bawa kamera sendiri dan bukan kamera kantor. Meskipun waktu sempit dan kerjaan banyak, kesempatan untuk ambil foto selalu ada disela-selanya.

Mungkin ada benarnya karena Wamena merupakan pemusatan penduduk wilayah Pegunungan Papua. Kota Wamena terletak di Lembah Baliem yang merupakan pusat dari suku Dani, suku terbesar populasinya di Papua. Wamena ditempuh denga transportasi udara yang tersedia setiap hari dari Jayapura. Jalan darat yang dulu pernah dibuat ternyata tidak bisa digunakan karena fasilitas pendukung yang tidak ada.

Pesawat; satu-satunya transportasi menuju Wamena

Kota Wamena terletak di lembah Baliem, lembah dataran tinggi yang dikelilingi oleh perbukitan dan gunung.

 
Lembah Baliem

Lembah Baliem dikelilingi oleh perbukitan yang merupakan bagian dari wilayah pegunungan tenga Papua. Para pendaki Cartensz bisa melewati rute utara melalui Wamena.

Puncak Jayawijaya merupakan puncak tertinggi di wilayah pegunungan tengah 4884 m. Di antara puncak-puncak gunung yang ada beberapa diantaranya selalu tertutup salju misalnya Pucak Trikora 4750 m, Puncak Yamin 4595m dan Puncak Mandala 4760m. Tanah pada umumnya terdiri dari batu kapur/gamping dan granit terdapat di daerah pegunungan sedangkan di sekeliling lembah merupakan percampuran antara endapan Lumpur, tanah liat dan lempung (need cross check) .

Pegunungan di Wamena yang mengelilingi Lembah Baliem
Batuan kapur merupakan jenis batuan yang membentuk pegunungan di sekitar wilayah Kurulu

Suku Dani sebagai suku terbesar yang mendiami lembah Baliem, selain itu ada suku Yali dan suku Kimyal, dll. Kebudayaan masyarakat suku asli dapat dikatakan sebagai budaya batu, dimana peralatan dibuat masih menggunakan batu dan sederhana sekali, misalnya kapak batu, tombak dan panah.

Suku Dani

Sementara rumah tradisional disebut dengan honai, yang dibuat dengan atap jerami dan kayu sebagai kerangka. Salah satu yang menarik dari suku dani adalah cara mereka membuat pagar yang tertata rapi, bisa dilihat dalam foto berikut.

Gabungan honai dan rumah semi permanen di Bulakme

Wamena juga terkenal dengan upacara tradisional bakar  batu, yang prosesnya dilakukan secara tradisional, dimulai dengan membakar batu sampai panas, membuat lubang, memasukkan sayuran dan ubi serta daging babi.

Upacara Bakar Batu

Perjalanan kali ini juga mengunjungi distrik  Bulakme, ditempuh dengan jarak sekitar 1 jam perjalanan darat dari pusat kota Wamena. Distrik ini masih merupakan wilayah kerja saya dan beberapa CBO dan CSO bekerja di wilayah ini.

Pemandangan Bolakme dengan kolam ikan yang merupakan bagian dari program PcDP
Anak-anak Bolakme malu difoto

Semoga besar mereka bisa jadi presiden seperti gambar Obama di kaos mereka.

Anak dari Bulakme

Kalau sudah sampai Wamena jangan lupa  jalan-jalan ke Kurulu untuk melihat mumi di distrik Kurulu. Menurut masyarakat, usianya sudah 368 tahun.

Mumi dari Kurulu 368 tahun usianya
Mumi dari Kurulu

Ormu Kecil


Ormu Kecil hanyalah sebuah desa kecil di kaki pegunungan Cyclops. Sebagai sebuah desa pantai maka Ormu kecil dikeliling oleh laut dengan pemandangan yang langsung ke Lautan Pasific. Merupakan desa tradisional yang menjadi pusat pemukiman penduduk asli Jayapura.

Pantai Ormu Kecil

Desa ormu kecil secara geografi merupakan celah pertemuan antara dua perbukitan, memiliki sungai kecil dengan beberapa air terjun yang bagus. Pertemuan antara laut dengan air tawar ini menjadikan wilayah ini unik dan menjadi lokasi pemukiman yang ideal. Hanya saja pantainya cukup curam dan tidak bisa di darati perahu.

air terjun di Ormu Kecil

Omu masuk kedalam kabupaten Jayapura, dapat ditempuh selama 1 jam melalui laut ke arah base G. Melewati laut berombak dengan pantai terjalnya dan beberapa spot bagus dengan pantai putihnya.

Pantai pasir putih Base G dari laut

Melewati pantai Base G, perjalanan masih melewati pantai-pantai curam dengan ombak yang cukup tinggi. Beberapa pantai secara alami memang mengalami perubahan fisik, dimana batuan-batuan pantai kemudian runtuh dan membentuk pola pantai yang baru.

Pantai curam sepanjang perjalanan
Formasi batu sepanjang pantai

Sebagai wilayah yang masih pristine Ormu Kecil merupakan wilayah dengan kekayaan biodiversity yang besar.

Kuskus
Pegunungan Cyclops

Potensi Pengembangan Wisata

Beberapa wilayah pedesaan yang terletak di kabupaten Jayapura dengan aksesiblitas yang ada merupakan wilayah dengan potensi pegembangan wisata alam yang besar. Ormu salah satunya, dengan kondisi geografis, biodiversity dan alamnya yang mengagumkan, wilayah ini bisa menjadi lokasi wisata yang  menggabungkan antara wisata pantai, hiking, budaya.

Pengembangan yang bisa diusulkan adalah membuat perencanaan yang partisipatif, dimana pengelolaan wisata sepenuhnya dilakukan oleh masyarakat dimana pemerintah memberikan dukungan dalam bentuk penambahan infrastruktur, memudahkan aksesibilitas dengan alat transportasi dan pendampingan dalam hal management pengelolaan wisata dengan sederetan program pengembangan kapasitas ke masyarakat. Eco-wisata bisa menjadi pilihan paling tepat, dimana masyarakat dapat menerima manfaat secara langsung dengan tetap terjaganya ekosistem dan kelestarian alam.

 

Pulau karang di perjalanan menuju Ormu Kecil

——

Foto-foto diambil dengan  Canon EOS 60D (Canon 18-135 mm IS lenses)

GIS-Partisipatif: Sudah Saatnya Diaplikasikan di Indonesia


Ini merupakan re-posting dari tulisan saya yang pernah dimuat di web Buana Katulistiwa, Tulisan ini pernah di re-posting oleh beberapa rekan geograf dalam beberapa blog. Saya melakukan sedikit  dengan sedikit perbaikan sebelum re-posting di blog pribadi saya:

_______________________________________________________________

As much as guns and warships, maps have been the weapons of imperialism. Insofar as maps were used in colonial promotion, and lands claimed on paper before they were effectively occupied, maps anticipated empire. Surveyors marched alongside soldiers, initially mapping for reconnaissance, then for general information, and eventually as tools of pacification, civilization, and exploitation in the defined colonies. But there is more to this than the drawing of boundaries for the practical political or military containment of subject populations. Maps were used to legitimize the reality of conquest and empire. They helped create myths which would assist in the maintenance of the territorial status quo. As communicators of an imperial message, they have been used as an aggressive complement to the rhetoric of speeches, newspapers, and written texts, or to the histories and popular songs extolling the virtues of empire.”

Pemanfaatan peta dan pendekatan spatial bisa menjadi alat bantu dalam proses imperialisme seperti dikutip dari Harley (1988).

Mengembangkan proses-proses serta kegiatan yang mampu menjadikan peta dan pendekatan spatial sebagai alat bantu dalam pengembangan masyarakat merupakan tantangan bagi semua masyarakat Indonesia dalam menuju masyarakat yang mandiri serta mampu mengelola sumberdaya alamnya secara mandiri. Membalik apa yang dilakukan sebelumnya peta sebagai alat kolonialisme, maka peta dapat digunakan dalam advokasi pengembangan pemanfaatan SDA oleh masyarakat dan klaim aatas hak atas tanah oleh masyarakat. Pemetaan partisipatif sudah digunakan dalam mengaplikasikan kegiatan pengembangan masyarakat.

Bicara mengenai pendekatan partisipatif bukan merupakan hal baru di Indonesia. Banyak sekali LSM sudah melakukan kegiatan ini dalam kaitann dengan tujuan kegiatan masing-masing terutama yang berkaitan dengan kegiatan pengembangan masyarakat/community development. Secara resmi pendekatan inipun sudah menjadi bahan wajib dalam perencanaan pembangunan di Indonesia.

Pengertian GIS-Partispatif

Dalam bahasa Inggris dikenal dengan Participatory GIS dapat juga diartikan sebagai SIG-Partisipatif (Sistem Informasi Geografis yang Partisipatif), konsep ini berkembang tahun 90-an merupakan pengembangan dari pemetaan partisipatif tahun 1980-an yang mengadopsi pendekatan Participatory Rural Apraisal (PRA) dan Participatory Learning Action (PLA) digabungkan dengan penggunaan GIS sebagai tools. GIS Partisipatif merupakan pendekatan yang mengintegrasikan pendekatan partisipatif dengan metode dan teknik GIS sebagai suatu pendekatan baru . konsep ini dikenal juga dengan nama Public Participation GIS yang diperkenalkan pertama kali dalam sebuah seminar International Conference on Empowerment, Marginalization and Public Participation GIS, Santa Barbara, California 14-17 Oktober 1998, yang mencakup spesifik kajian wilayah Amerika Utara.

Participatory GIS adalah praktek nyata yang dikembangkan dari pendekatan PRA/PLA dan kajian keruangan serta manajemen komunikasi; merupakan proses yang berkelanjutan, fleksibel, dan dapat diadaptasi dalam sosial serta kultur serta aspek lingkungan bio-fisik yang berbeda tergantung dari interaksi secara partisipatif oleh stakeholder dalam menghasilkan dan mengatur spatial data, dan menggunakan hasil informasi tersebut dalam pengambilan keputusan, memudahkan proses dialog antar komponen, mengefektikan proses komunikasi serta mendukung advokasi dan pelaksanaannya.

Aberley dan Siebe (2005) menyebutkan beberapa aspek penting dalam penerapan Public Paticipation GIS yang terdiri atas:

  • Merupakan pendekatan interdisipliner, alat bantu bagi program pengembangan masyarakat dan penyelamatan lingkungan hidup yang mengedepankan aspek keseimbangan sosial, kelangsungan ekologi, pengembangan kualitas hidup.
  • Dipraktekan secara luas, dalam kaitan ruang (bisa kota atau desa), organisasi (LSM, pemerintah, masyarakat adat, dll), kelompok umur (orang tua, ibu-ibu atau kaum muda, atau bahkan golongan yang termarginalkan)
  • Berbasis fungsi dan sangat luas aplikasinya, dapat diaplikasikan untuk memecahkan masalah dalam sektor-sektor tertentu di dalam masyarakat atau menyediakan penilaian yang menyeluruh dalam suatu wilayah atau bioregion tertentu.
  • Akan sangat baik diaplikasikan melalui proses kerjasama antara individu, masyarakat, organisasi pemerintah, intitusi akademik, LSM, organisasi keagamaan dan swasta.
  • Mencakup proses untuk penguatan kelembagaan dalam aplikasinya.
  • Menghubungkan teori-teori sosial dan metode-metode dalam bidang perencanaan, antropologi, geografi, dan ilmu sosial lainnya.
  • Menghubungkan metode riset kualitatif dengan pendekatan PRA dan pendekatan partisipatif lainnya yang berbasis fakta lapang.
  • Merupakan alat bantu yang mengaplikasikan berbagai variasi mulai dari data manual, data digital sampai data 3 dimensi dan pengindraan jauh.
  • Memungkinkan akses masyarakat atas data kondisi budaya, ekonomi, biofisik, dimana data ini dihasilkan oleh pemerintah, swasta atau perguruan tinggi.
  • Mendukung interaksi yang beragam mulai dari pertemuan tatp muka sampai ke aplikasi dengan menggunakan website.
  • Memungkinkan untuk adanya kegiatan pembangunan perangkat lunak yang dapat diakses, mudah didapatkan dan mudah digunakan oleh masyarakat.
  • Mendukung proses belajar yang terus-menerus prak praktisi kegiatan ini yang menghubungkan antara pihak yang berbeda budaya, disiplin ilmu, gender dan kelas.
  • Merupakan proses berbagi baik itu tantangan/masalah atau peluang antara satu tempat dengan tempat lain secara transparan.

Aspek-aspek di atas merupakan peluang pemanfaatan GIS Partisipatif, beberapa peluang dengan mudahnya bisa kita adaptasi di Indonesia dengan menjadikan GIS Partisipatif sebagai salah satu alat bantu dalam meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alamnya sendiri. Beberapa peluang memerlukan dukungan dari semua pihak, sehingga apa yang menjadi tujuan aplikasi GIS Partisipatif bisa terwujud.

GIS Partisipatif di Indonesia

Secara partial GIS Partisipatif sudah dipraktekan oleh banyak lembaga swadaya masyarakat di Indonesia. Contohnya Buana Katulistiwa pernah melakukan proses pemetaan partisipatif dengan menggunakan teknik GIS, demikian juga dengan Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP) yang menggunakan GPS sebagai alat bantu dalam pemetaan partisipatif dan ditampilkan dalam perangkat lunak GIS. JKPP sebagai jaringan LSM sendiri melakukan pemetaan partisipatif dibanyak lokasi. Data mengenai pemetaan partisipatif oleh JKPP dapat diakses melalui web: http://www.jkpp.or.id.

Pengalaman penulis sendiri pernah membantu secara teknis proses GIS Partisipatif yang dilakukan di wilayah Kemtuk Gresi dan Nimboran atas prakarsa pt. PPMA Papua bekerjasama dengan WWF-Indonesia dan DFID. Kegiatan ini menggunakan pendekatan GIS partisipatif yang menggabungkan proses sosialisasi, pembuatan sketsa oleh masyarakat dan identifikasi melalui citra satelit dengan menggunakan Landsat 7 etm dan IKONOS dengan resolusi 1m. Hasil akhir dari kegiatan ini adalah identifikasi fungsi hutan, identifikasi model pengelolaan sumberdaya oleh masyarakat adat Sentani, Kemtuk Gresie dan Nimboran.

Pengalaman terakhir penulis adalah di Merauke pada masyarakat adat Marind, proses ini dilakukan atas prakarsa WWF-Indonesia dalam rangka melihat pentingnya aspek konservasi dan wilayah hutan yang penting untuk dikonservasi berdasarkan penilaian masyarakat adat Marind. Kegiatan ini juga menghasilkan beberapa kriteria pentingnya kawasan berdasarkan pola hidup masyarakat Marind. Dari kegiatan ini diharapkan dalam melakukan perencanaan disuatu wilayah harus mampu memperhatikan pola hidup masyarakat yang ada sehingga program pembangunan yang dibuat sejalan dengan kepentingan masyarakat serta timbal baliknya kegiatan pembangunan mampu didukung oleh masyarakat.

Perlunya Aplikasi GIS Partisipatif di Indonesia Secara Menyeluruh

Fakta di atas menunjukkan kegiatan yang menggunakan pendekatan GIS Partisipatif telah dilakukan di Indonesia. Pemikiran selanjutnya adalah bagaimana kegiatan ini dilakukan secara menyeluruh dan dilakukan secara bersama dengan melakukan kolaborasi antara masyarakat, LSM, organisasi pemerintah, perguruan tinggi. Dukungan dari organisasi terkait dengan perencanaan, konservasi dan pemberdayaan masyarakat sangat penting dalam mensukseskan kegiatan GIS sebagai salah satu tools yang mengintegrasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat.

Contoh paling mudah aplikasi yang membutuhkan GIS Partisipatif misalnya dalam proses pemetaan tanah masyarakat di Aceh Pasca Tsunami. Kegiatan community land mapping menjadi program dari berbagai lembaga pemerintah dan LSM di Aceh, dengan menggunakan pendekatan GIS Partisipatif tentunya usaha ini bisa dilakukan lebih mudah. Usaha yang paling penting adalah melakukan proses kerjasama/kolaborasi antar semua pihak yang berkepentingan dalam proses pemetaan tanah masyarakat.

Contoh lain misalnya adanya kebakaran hutan yang menyebabkan kabut asap di Sumatera dan Kalimantan dapat diidentifikasikan secara mudah dengan pendekatan GIS Partisipatif melalui proses penentuan lokasi kebakaran yang melibatkan masyarakat, pihak perkebunan dan HPH. Masih banyak peluang aplikasi GIS Partisipatif lainnya yang perlu dilakukan di Indonesia dalam rangka menuju proses pembangunan masyarakat yang lebih baik di masa yang akan datang.

Pengembangan GIS Partisipatif saat ini sudah bisa lebih berkembang lagi dengan melakukan aplikasi di perkotaan. Wilayah perkotaan dengan sumber data yang lebih banyak misalnya, mampu memungkinkan pengembangan GIS Partisipatif melalui google maps, wikimapia, dll.

Bahan Bacaan :

  • J. Brian Harley, 1988, “Maps, Knowledge, and Power,” in The Iconography of Landscape: Essays on the Symbolic Representation, Design, and Use of Past Environment, edited by Denis Cosgrove and Stephen Daniels, Cambridge University Press, 1988.
  • http://www.iapad.org/
  • http://www.iapad.org/ppgis_principles.htm

Informasi Geografi Sukarela / Volunteered Geographic Information di Indonesia


Membaca  milis PPGIS mengenai rencana workshop VGI di Redland GIS week 2011 menginspirasikan saya untuk melihat kegiatan yang sama yang sudah dilakukan di Indonesia.

Mengutip wikipedia  bahwa Volunteered Geographic Information (VGI) is the harnessing of tools to create, assemble, and disseminate geographic data provided voluntarily by individuals (Goodchild, 2007)[1]. Some examples of this phenomenon are WikimapiaOpenStreetMap, and Google MyMaps. VGI can also be seen as an extension of critical and participatory approaches to geographic information systems[2] and as a specific concern within online or web credibility[3] . These sites provide general base map information and allow users to create their own content by marking locations where various events occurred or certain features exist, but aren’t already shown on the base map.

Tidak perlu diterjemahkan yach, karena pasti sudah mengerti 🙂

Dalam konteks Indonesia sebenarnya saya mau melihat peluang penggunaan sistem yang partisipatif ini dalam membangun database keruangan.  Beberapa  inisiatif bagus sudah dilakukan banyak orang baik online maupun offline, misalkan pembuatan green map yang dilakukan oleh banyak penggiat pemetaan di beberapa kota. Saya baru saja melihat mengenai pemetaan kuliner di beberapa wilayah Indonesia yang bisa diakses melalui http://peta.kuliner.org (wow sebuah inisiatif brilian).

Saya melihat peluang aplikasi Informasi Geografi berbasis sukarela sebenarnya memiliki peluang yang sangat besar dilakukan. Pertama karena saya melihat bahwa data spatial masih merupakan knowledge tacit yang masih tersimpan di kepala, hanya dibutuhkan fasilitas dan tentunya penggerak sehingga tacit knowledge tersebut bisa dikeluarkan menjadi expicit knowledge baik online maupun offline. Peluang lainnya bisa dilihat dari pengguna gadget yang cukup besar di Indonesia, bayangkan di Indonesia pengguna blacberry saja sudah lebih dari 2 juta orang, dengan aplikasi seperti google maps, foursqure, dll sebenarnay data spatial yang sudah terhimpun di server blackberry sudah jutaan juga, baik nama lokasi, nama gedung, nama jalan. Peluang lainnya adalah menggunakan platform yang sudah ada, misalkan inisiatif seperti yang dilakukan wikimap, google earth.

Pembuatan tematik khusus bisa jadi bahan pembelajaran pertama. misalkan kita bisa memulai dari masalah bersama seperti bencana. Sebuah online map dapat dibuat dengan peta dasar yang sudah ada, informasi mengenai kerawanan bencana, potensi bencana serta bencana yang terjadi bisa dimasukkan oleh partisipan secara online. Peta ini akan menjadi masukkan bagi penanggulan bencana ketika keseluruhan informasi yang ada sudah terkumpul melalui jaringan.

Hayo siapa yang mau memfasilitasi…